SIRAH NABAWIYAH

Rasulullah Saw Sang Insan Kamil: Keteladanannya Mendidik Umat

Nabi Muhammad Saw yang terdidik berdasarkan Al-Qur’an itu tentu juga menjadi seorang insan yang sempurna; sempurna dalam rupa fisiknya, sehingga tidak pernah ada seorang pun sebelum maupun sesudah beliau yang serupa dengannya. Sempurna dalam akhlak dan budi pekerti (QS. Al-Qalam: 4). Sempurna dalam adab dan perjalanan hidupnya. Secara keseluruhan, Nabi Muhammad Saw adalah manusia sempurna dalam segala sifat lahir dan batin, tersucikan dari segala cacat dan kekurangan.

Dengan demikian—sebagaimana ditegaskan oleh Murtadha Muthahhari—Nabi Muhammad Saw merupakan representasi manusia sempurna. Karena itu, sangat layak menjadikan beliau sebagai uswatun-hasanah (suri teladan) dalam seluruh dimensi kehidupan. Hal ini menuntut umat Islam untuk meneladani beliau, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun sikap lahir dan batin, pada setiap zaman dan di mana pun berada.

Keteladanan Nabi Saw dalam Hal Mendidik

Al-Qur’an merupakan dasar pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Saw. Beliau memberikan perhatian yang besar terhadap pengajarannya terhadap siapapun, terlebih terhadap anak-anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang besar, sehingga ia akan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap siapapun yang membaca dan mempelajarinya.

Nabi Muhammad Saw memberikan perhatian besar terhadap pengajaran Al-Qur’an kepada anak-anak. Tujuannya adalah agar sejak dini mereka diarahkan untuk meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka, dan Al-Qur’an yang mereka pelajari merupakan firman-Nya. Melalui proses pendidikan ini, diharapkan ruh Al-Qur’an dapat meresap ke dalam jiwa mereka, sehingga cahayanya mampu menerangi pikiran, hati, dan perasaan, sekaligus membentuk kepribadian yang Qur’ani.

Anak yang sejak kecil terdidik melalui Al-Qur’an akan—sebagaimana tulis Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki—“mengetahui sejak kecil akidah-akidah Al-Qur’an, tumbuh dan terbiasa dengan kecintaan kepada Al-Qur’an, terikat dengannya, melaksanakan perintah-perintahnya, menjauhi larangan-larangannya, berakhlak dengan akhlaknya, serta menempuh jalan hidup sesuai dengan petunjuknya.”

Imam Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menulis:

اعلم أنّ تعليم الولدان للقرآن شعار الدّين أخذ به أهل الملّة ودرجوا عليه في جميع أمصارهم لما يسبق فيه إلى القلوب من رسوخ الإيمان وعقائده من آيات القرآن وبعض متون الأحاديث. وصار القرآن أصل التّعليم الّذي يبنى عليه ما يحصل بعد من الملكات. وسبب ذلك أنّ التّعليم في الصّغر أشدّ رسوخا وهو أصل لما بعده لأنّ السّابق الأوّل للقلوب كالأساس للملكات. وعلى حسب الأساس وأساليبه يكون حال من يبنى عليه.

“Ketahuilah bahwa mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan syiar agama yang senantiasa dipegang oleh umat Islam dan terus berlangsung di seluruh negeri mereka. Hal ini karena ayat-ayat Al-Qur’an dan sebagian matan hadis yang diajarkan sejak dini akan lebih cepat meresap ke dalam hati, sehingga mengokohkan iman dan akidah. Al-Qur’an pun menjadi dasar utama pendidikan, yang kemudian menjadi landasan bagi berbagai keterampilan lain setelahnya. Sebab, pendidikan di masa kecil lebih kuat tertanam dan menjadi fondasi bagi yang datang kemudian; apa yang pertama kali masuk ke dalam hati ibarat fondasi bagi bangunan kepribadian. Dan sesuai dengan fondasi serta metode yang digunakan, demikian pula kondisi orang yang dibangun di atasnya.”

Para sahabat dan generasi setelah Nabi Muhammad Saw mengikuti jejak beliau dalam mendidik putra-putri mereka. Sikap ini lahir dari kecintaan mendalam kepada Rasulullah Saw., yang mendorong mereka untuk menunjukkan ketaatan penuh terhadap perintah beliau. Di samping itu, mereka melakukannya dengan kesungguhan dan ketulusan hati untuk meraih kebaikan serta keberkahan yang telah dijanjikan—dengan izin Allah—bagi siapa saja yang melakukannya.

Nabi Saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah ra:

يَجِيءُ القرآنُ يومَ القيامةِ كالرجلِ الشاحبِ يقولُ لصاحبِه هل تعرفُني أنا الذي كنتُ أُسْهِرُ ليلَكَ وأُظْمِئُ هَواجِرَكَ وإنَّ كُلَّ تاجِرٍ من وراءِ تِجارَتِهِ وأنا لَكَ اليومَ من وراءِ كُلِّ تاجرٍ فيُعْطى الملكَ بيمينِهِ والخلْدَ بشمالِهِ ويوضعُ على رأسِهِ تاجُ الوَقارِ ويُكْسى والداه حلَّتَيْنِ لا تقومُ لهما الدنيا وما فيها فيقولانِ يا ربِّ أَنّى لنا هذا فيُقالُ لهما بتعليمِ ولدِكما القرآنَ.

Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat menyerupai seorang laki-laki yang pucat, lalu berkata kepada sahabatnya: “Apakah engkau mengenalku? Akulah yang dahulu membuatmu begadang di malam hari, dan membuatmu merasa haus di siang yang terik. Setiap pedagang berada di balik perniagaannya, dan aku hari ini berada di balik semua pedagang untukmu.” Kemudian diberikan kepadanya kerajaan dengan tangan kanannya, keabadian dengan tangan kirinya, diletakkan di atas kepalanya mahkota kehormatan, serta kedua orang tuanya dikenakan dua pakaian indah yang tidak tertandingi oleh dunia dan seisinya. Keduanya pun berkata: “Ya Rabb, dari mana kami memperoleh kemuliaan ini?” Maka dikatakan kepada mereka: “Karena kalian telah mengajarkan Al-Qur’an kepada anak kalian.” (HR. Al-Thabrani).

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button