Refleksi Iduladha

Oleh karena bila kita perhatikan secara seksama ayat dalam Al-Qur’an maka kata Iman dan amal shaleh selalu disandingkan, yang didambakan setiap muslim karena pahalanya sangat tinggi yaitu surga. Perintah menyembelih anak lelaki yang sangat disayangi, diabadikan dalam Al-Qur’an surat As Saffat 99-109 mengandung hikmah bahwa manusia yang beriman akan diuji oleh Allah swt dengan ujian yang ringan sampai berat sesuai kemampuannya.
Ibrahim mendapat anak yang shaleh dan sabar setelah beberapa tahun dan dengan usia yang sudah tua belum memiliki keturunan, akan tetapi tiba-tiba mendapat perintah melalui mimpi yang berulang dan ujian itu dilewatinya dengan sukses, bukan Ismail yang jadi kurban tapi diganti seekor kambing besar dan Ibrahim sebagai nabi yang patuh melaksanakan perintah Allah mendapat pujian dari Allah dengan kalimat : “ Selamat sejahtera bagi Ibrahim “. Tidak ada yang sulit bagi Allah bila menghendakinya seperti tercermin dalam kisah Ibrahim yang kadang tidak bisa diterima secara rasional atau keilmuan.
Penyembelihan hewan qurban memberikan pelajaran bagi kita bahwa setiap ibadah hendaklah didasarkan pada ketakwaan dan keikhlasan. Daging dan darah hewan qurban tidak akan sampai kepada Allah akan tetapi ketaqwaannya. Peristiwa Siti Hajar yang ditinggal bersama Ismail yang masih kecil di padang pasir tandus dan kering oleh suaminya Ibrahim dalam perjalanan Mekah – Mina, menunjukkan ketaatan karena Iman. Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya tanpa menoleh sedikitpun di dua bukit gersang yang kini dikenal bukit Safa dan Marwa yang jadi tempat bersejarah bagi jamaah haji. Diabadikan dalam ibadah sa’i pada prosesi ibadah haji yang harus dikerjakan. Siti Hajar percaya bahwa kepergian suaminya atas perintah Allah maka Allah pasti akan menolong hambanya. Siti hajar berdoa bolak balik diantara bukit Safa dan Marwa sambil melihat sang putra kesayangannya yang menangis karena kehausan dan keniscayaanpun terjadi, ketika sang bayi ismail menghentakkan tumitnya ke tanah dan keluarlah mata air Zam-zam yang sampai sekarang menjadi sumber air minum bagi para jamaah haji. Allah swt akan memberi jalan keluar pada setiap kesulitan, seperti yang difirmankan dalam Al-Qur’an bahwa “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”, sampai diulang dua kali dalam QS : 94 ayat 5 dan 6.
Peringatan hari besar dalam Islam selalu bernafas ketauhidan dan kemuamalahan, yang dalam setiap peristiwa sejarah Islam selalu disandingkan. Maka dalam beberapa ayat Al-Qur’an difirmankan bahwa yang akan menghuni surganya Allah swt adalah orang yang beriman dan berbuat kebaikan atau amal shaleh. Maka setiap kita memperingati hari besar Islam harus selalu merefleksikan diri dalam dua ranah tersebut. Tauhid adalah kunci kebaikan, sehingga kebaikan yang tidak dilandasi Tauhid, bagaikan fatamorgana, hanya baik menurut pandangan manusia. [ ]
Drs. Priyono, MSi (Dosen Senior pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Drs. Sudadi, MES (Alumni Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Pengusaha gas bumi, tinggal di Bogor)