Remaja Muslimah Pantura Kaji Valentine Day
Menjelang Februari para kawula muda biasanya disibukkan dengan penyambutan perayaan valentine’s day yang diperingati setiap tanggal 14 Februari. Tak heran jika akhirnya banyak dijumpai coklat-coklat bersama kartu ucapan di supermarket yg dikemas khusus untuk perayaan tersebut. Adapun sebagian remaja yg sibuk merencanakan kencan, dinner, atau perayaan lainnya yang dirancang special bersama pasangan (pacarnya).
Berbeda halnya dengan para remaja muslimah di Pantura Subang. Pada hari Ahad tanggal 27 Januari 2019 lalu mereka berkumpul menghadiri kajian Islam yang bertema “Remaja Smart: Say No to Valentine’s Day”.
Acara yang diselenggarakan di Mesjid Sukamandi tersebut sontak disambut hangat oleh para remaja muslimah di sekitarnya. Meski diguyur hujan sejak pagi dan akses jalan becek, namun hal itu tak menyurutkan semangat para peserta untuk hadir diacara tersebut. Hingga akhirnya acara yang diadakan oleh Muslimah Smart With Islam ini berhasil mendatangkan hampir 100 orang dari berbagai profesi, dari mulai pelajar, guru muda juga para ibu muda.
Pemateri yang merupakan konsultan remaja, yaitu Herawati Hartiyanti Lestari, S.Hum memaparkan dari mulai hukum pacaran hingga hukum merayakan valentine’s day. Selain itu juga pemateri yang merupakan lulusan UIN Bandung ini menguak sejarah hitam valentine’s day yang memang bukan berasal dari islam, tetapi perayaan kaum paganis dan nasrani untuk mengingat kematian seorang pendeta yang bernama St. Valentine.
Sehingga jelaslah seorang muslim haram untuk merayakannya. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh pemateri dengan hadist Rasulullah yang berbunyi, “Barangsiapa mengikuti (tradisi) suatu kaum, maka dia termasuk dari kaum tersebut”. (HR. Abu Dawud).
Acara semakin interaktif saat pembawa acara membuka sesi tanya jawab. Peserta dengan bebas mengajukan pertanyaan untuk langsung dijawab oleh pemateri. Ditambah lagi dengan pembagian doorprize.
Dipenghujung acara seluruh peserta diminta menuliskan kritik dan saran yang diminta oleh panitia guna perbaikan acara selanjutnya. Begitu mengejutkan saat saran yang dituliskan oleh peserta adalah permintaan untuk merutinkan acara kajian islam semacam ini di wilayah pantura dan sekitarnya. Karena ditengah maraknya pergaulan bebas yang mengancam generasi muda saat ini, sangat jarang ditemui acara kajian Islam untuk remaja model seperti ini.
Untuk itu para panitia juga berharap bisa kontinyu dan maksimal mengadakan acara-acara kajian Islam untuk remaja di wilayah pantura ke depannya. Hal ini demi perbaikan kualitas para remaja yang merupakan calon pemimpin masa depan dan juga calon pencetak generasi cemerlang dalam peradaban Islam.
[Herawati Hartiyanti L]