Roket Gaza Serang Israel, AS: Tidak Dapat Diterima
Washington (SI Online) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) tak terima Israel diserang ratusan roket oleh kelompok pejuang Palestina di Jalur Gaza, pada Senin semalam.
Serangan roket besar-besaran, yang tujuh di antaranya menghantam Yerusalem untuk pertama kalinya sejak 2014, terjadi setelah konfrontasi dengan kekerasan antara warga Palestina dan pasukan Israel di Yerusalem.
“Serangan roket oleh militan Palestina di Jalur Gaza ke Israel adalah eskalasi yang tidak dapat diterima,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price seperti dikutip Reuters, Selasa (11/5/2021).
Baca juga: Ratusan Roket Gaza Serang Israel, Militer Zionis Ancam Perang Besar-besaran
Price membuat komentar itu pada jumpa pers reguler, di mana dia menambahkan bahwa Amerika Serikat sepenuhnya terlibat untuk mempromosikan ketenangan di Yerusalem.
Militer Zionis Israel telah memberi isyarat bahwa serangan ratusan roket tersebut akan menjadi awal konflik besar-besaran.
Militer Israel telah membalas dengan membombardir Gaza dari udara. Dua puluh warga Palestina di Gaza tewas, termasuk sembilan anak.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim, setidaknya 11 dari mereka yang tewas adalah anggota kelompok Hamas yang telah meluncurkan ratusan roket ke Israel.
“Dalam beberapa hari ke depan, Hamas akan merasakan lengan panjang tentara (Israel). Ini tidak akan memakan waktu beberapa menit, itu akan memakan waktu beberapa hari,” kata Juru Bicara IDF Hidai Zilberman.
Isyarat perang besar-besaran juga dilontarkan Menteri Pertahanan Benny Gantz. Dia mengatakan IDF akan terus menyerang Hamas dan kelompok teroris lainnya di Jalur Gaza dalam apa yang dijuluki sebagai “Operation Guardian of the Walls” sampai ketenangan jangka panjang dan total dipulihkan.
Zilberman mengatakan militer dipersiapkan untuk berbagai kemungkinan, termasuk konflik yang lebih luas dengan operasi darat, serta kembali ke pembunuhan yang ditargetkan terhadap para pemimpin teroris top.
“Semuanya ada di atas meja,” kata juru bicara IDF tersebut. Militer menggemakan pernyataan Menhan Gantz bahwa operasi militer yang disiapkan diberi nama “Operation Guardian of the Walls”.
Gantz mengancam kepemimpinan Hamas, dengan mengatakan para komandannya akan bertanggung jawab dan membayar harga mahal untuk agresinya. [sindonews.com]