Rumus 3T untuk Menilai Kabar di Era Digital
Ayat ini secara implisit memberikan informasi kepada kita agar selalu berhati-hati dalam menaanggapi suatu kabar atau berita, karena bisa jadi itu membawa kebohongan, oleh karena itu dalam ayat ini kita diperintahkan untuk meneliti berita ini terlebih dahulu (check and recheck).
Dunia maya tidak lekang dari isu, gosip sampai berita yang dapat mengadu domba. Keadaan ini diperkukuh oleh adanya kabar berita yang mengandung unsur provokasi untuk mendapatkan keutungan pribadi, serta mendapatkan respon yang banyak dari netizen.
Sikap tabayyun ini tentu sangat diperlukan, terlebih dalam menanggapi suatu berita. Ketika seseorang mendapatkan kabar berita, maka hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan meneliti sumber berita tersebut. Jangan sampai hanya membaca dari satu website, langsung dengan mudah menyimpulkan isi berita, apalagi jika sampai tidak habis membaca info yang bersangkutan.
Misalnya, ketika dalam konteks menanggapi fenomena lima pemuda Nahdliyin yang berkunjung ke Israel, maka seyogianya para masyarakat men-tabayyunkan (meneliti) terlebih dahulu, jangan sampai mudah menyimpulkan. Harus dilihat dari semua sisi, semisal dilihat dari kontribusi yang dilakukan oleh NU kepada masyarakat Palestina dan hadiah qunut Nazilah oleh KH. Hasyim Al-Asy’ari, di mana hal ini menunjukkan bahwa NU amat peduli kepada masyarakat Palestina.
Oleh karena itu, kunjungan lima orang pemuda ini tidak bisa dijadikan landasan yang kuat untuk membenci Nahdlathul Ulama secara general.
Tafakur
Tafakur secara bahasa artinya merenungkan. Kondisi ini selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw saat meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Tadabbur Al-Qur’an mengatakan bahwa tafakur berasal dari kata fikr (memikirkan). Bentuk penggalan kata Tafakur terdapat dalam Al-Qur’an sebagai berikut.
أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
“Maka Apakah kamu tidak memikirkannya?” (QS. Al-An’am ayat 50).
Ayat ini sudah jelas, bahwa kita dalam menanggapi hal apapun harus bisa untuk memikirkannya terlebih dahulu.
konteks dunia digital, maka seseorang harus sangat berhati-hati ketika mendapatkan sebuah berita, jangan sampai terjebak dalam berita-berita yang bersifat palsu, apalagi kita sampai terlibat dalam penyebaran berita tersebut.
Dengan demikian, ada kalanya untuk dipikirkan terlebih dahulu sebelum menyimpulkan. Analisis pemikiran dalam sebuah berita sangat dibutuhkan, karena jika tidak kita akan menyebarkan hoaks kepada orang sekitar, yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan.