Runtuhnya Dinasti Al Assad
Buku karya dua cendekiawan muda ini menarik untuk disimak. Disamping aktual, buku ini menjelaskan sejarah dan fenomena di dunia Islam yang sedang berlangsung. Runtuhnya dinasti al Assad, akhir kekuasaan rezim Nushairiyah di Suriah.
Rezim al Assad memang bengis. Tidak bapaknya, tidak anaknya. Bapaknya Hafizh al Assad kejamnya luar biasa. Ketika ia berkuasa, puluhan ribu rakyatnya tewas dibawah kendalinya. Tragedi berdarah yang memilukan itu terjadi pada 2 Februari 1982. Waktu itu pasukannya menghancurkan gedung-gedung dan ribuan orang terbunuh.
Pada hari-hari itu pasukan Assad bergerak melakukan pembantaian di kota Hama, menculik dan menangkap rakyat tanpa proses peradilan. Human Right Watch (HRW) memperkirakan ada sekurangnya 17.000 orang hilang tanpa jejak dan proses peradilan.
Lembaga-lembaga HAM dunia mencatat kurang lebih ada 10.000-40.000 rakyat sipil di kota Hama tewas karena operasi militer pemerintah. Sementara Komisi Hak Asasi Manusia Suriah memperkirakan ada sekitar 30.000-40.000 rakyat sipil yang tewas.
Peristiwa ini adalah rekam jejak dari aksi berdarah rezim Hafizh al Assad yang sulit dilupakan rakyat Suriah dan dunia. Dibantu oleh adik kandungnya, Kolonel Rifat al Assad, yang ketika itu bertugas sebagai komandan lapangan dalam aksi pembantaian tersebut.
Mereka yang wafat dan ditangkap adalah kebanyakan anggota atau simpatisan Al Ikhwan al Muslimun. Kelompok ini dilarang oleh Hafizh al Assad melalui Undang-Undang No. 49 tahun 1980, yang diantara klausulnya berisi ancaman hukuman mati bagi siapa saja yang bergabung dalam kelompok ini.
Media-media asing ketika itu menyebut apa yang terjadi di Hama sebagai “Hama Massacre 1982” (Tragedi Hama 1982) dan menuding telah terjadi genosida di kota itu. Amnesti Internasional pada waktu itu bahkan menyebut pembantaian di Hama yang berlangsung satu bulan itu, termasuk tragedi pemusnahan umat manusia terbesar di era modern.
Pemantik tragedi berdarah tersebut adalah pembunuhan terhadap beberapa orang mahasiswa dari sekolah artileri di Aleppo, pada bulan Juni 1970. Hafizh al Assad menuding al Ikhwan al Muslimun berada di balik aksi tersebut, tapi Ikhwan membantahnya.
Ini tragedi yang memilukan bagi organisasi al Ikhwan al Muslimun. Banyak aktivisnya yang geram dan marah atas tragedi ini. Koran-koran di Eropa menurunkan laporan tentang tragedi pembantaian ini dan meminta dunia untuk mengutuk aksi kebiadaban yang dilakukan oleh Hafizh al Assad.
Tokoh-tokoh yang disorot dan dituding bertanggungjawab atas tragedi kemanusiaan ini adalah Hafizh al Assad, Rifaat al Assad, Hikmat asy Syihabi, Syafiq Fayad, Ali Haidar, dan Ali Douba. Nama-nama itu tak tersentuh oleh pengadilan dan Hafizh Assad bebas dari hukuman sampai ia mati pada tahun 2000 lalu.
Jika sang ayah terlibat dalam Tragedi Hama, maka sang anak Bashar Assad terlibat dalam Tragedi Houla. Tragedi yang menewaskan kurang lebih 108 orang dan melukai ratusan orang lainnya ini, termasuk anak-anak, membuat Bashar Assad yang berlatar belakang modern, dicap tak lebih dari seorang yang primitif dan buas.
Houla terletak dekat kota Homsh. Tempat ini disebut-sebut sebagai basis dari oposisi. Pada Jumat, 25 Mei 2012, kota tersebut mengalami kengerian yang mengiris nurani. Pasukan rezim Syiah Nushairiyah Bashar al Assad, dibantu dengan milisi gangster Shabiha, menghujani kota tersebut dengan rentetan peluru dan memborbadir rumah-rumah warga.