Saat Abu Dzar Al Ghifari Meminta Jabatan
Di samping berbagai wasiat Rasulullah kepadanya, diriwayatkan pula pujian dari Nabi Saw kepada Abu Dzar. Rasulullah memujinya: “Tidak ada makhluk yang berbicara di kolong langit yang biru dan yang dipikul oleh bumi, yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar”. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya jilid 3 hal 161, juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya, hadits ke 3801 dari Abdullah bin Amr ra).
Pujian lainnya yang disanjungkan Rasulullah kepada Abu Dzar, seperti ditulis oleh Ibnu Saad dalam Thabaqatnya: “Orang yang paling dekat diantara kalian dariku di hari kiamat, adalah yang keadaan hidupnya ketika meninggal dunia, seperti keadaannya ketika aku meninggalkannya untuk mati.”
Jika memang demikian tinggi kedudukan Abu Dzar di mata Rasulullah Saw, lantas mengapa Beliau menolak permintaan Abu Dzar untuk menjadi pejabat?
Karena Rasulullah tahu persis kapasitas dan kapabilitas Abu Dzar, hingga beliau mengatakan bahwa Abu Dzar adalah orang yang ‘lemah’ untuk memegang jabatan. Padahal, kata Rasulullah Saw, jabatan adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat. Jabatan akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang-orang yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.
Dalam riwayat lain Rasulullah Saw bersabda: “….jabatan itu akan menjadi penyesalan dihari kiamat, ia adalah seenak-enak penyusuan dan segetir-getir penyapihan.” (HR. Imam Bukhari).
Karena itulah, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah menolak memberikan jabatan kepada orang yang memintanya dan kepada orang yang ambisius. “Kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada orang yang memintanya, tidak juga kepada orang yang ambisi terhadapnya.”
Lima belas abad yang lalu, Rasulullah telah berpesan kepada umat Islam mengenai ‘panasnya’ kursi jabatan ini. Meski demikian, untuk orang-orang tertentu yang dinilai mampu dan amanah, Rasulullah Saw juga tak segan-segan mengangkatnya menjadi pemimpin.
Seperti yang terjadi pada Usamah bin Zaid. Saat itu, karena dinilai masih sangat muda, para sahabat memprotes pengangkatan Usamah menjadi panglima pasukan yang dibentuk Rasulullah. Maka beliaupun bersabda, “Apabila kalian mengecam kepemimpinan Usmah bin Zaid, maka berarti kalian juga mengecam kepemimpinan ayahnya sebelum itu. Demi Allah, sungguh ia memang layak dengan jabatan itu. Demi Allah, sungguh ia orang yang paling aku senangi. Dan demi Allah sungguh jabatan tersebut memang layak untuk Usamah bin Zaid. Dan demi Allah, jika ia adalah orang yang paling aku senangi setelah bapaknya, maka aku wasiatkan kepada kalian untuk mentaati perintahnya, karena ia termasuk orang yang baik diantara kalian.”
Jadi, jangan coba-coba duduk di atas kursi panas itu jika kita merasa tidak mampu menjalankannya secara benar. Karena ia hanya akan menjadi penyesalan kelak di akhirat.
(shodiq ramadhan)