Saatnya Indonesia Memimpin Dunia
Indonesia namanya
Ribuan pulau ada di sana
Pantainya di mana-mana
Lautnya miliaran ikan di dalamnya
Didirikan dengan perjuangan panjang para pahlawan
Portugis dan Belanda datang mengeruk kekayaan alam
Inggris juga sempat datang dengan maksud sama penjajahan
Ada juga misi agamanya Katolik dan Protestan
Para pejuang menghadang dengan gagah perkasa
Harta dan nyawa adalah taruhannya
Wafat adalah hal biasa dalam perjuangan bersenjata
Jutaan rakyat meninggal dalam ratusan tahun perang melawan Belanda
Belanda datang dengan pongah luar biasa
Merasa yakin menaklukkan Indonesia tidak lama
Pasukan pasukan terbaik ia kerahkan lewat laut dan udara
Ratusan pendeta juga disiapkan untuk memudahkan misinya
Meletuslah perang di Aceh dengan Teukur Umar dan Tjut Nyak Dien pahlawannya
Ribuan pahlawan melawan dengan kalimat Allahu Akbar senjata utama
Bambu runcing, keris atau senjata tembak sederhana
Semangat pantang mundur membuat Belanda kocar kacir pasukannya
Padahal tank, meriam dan senjata-senjata canggih ikut menopangnya
Di Jawa pasukan Diponegoro tak kalah hebatnya
Di bawah kepemimpinannya hampir seluruh Jawa bergolak karenanya
Belanda keteteran dan hampir kalah sebenarnya
Jiwa licik ia mengajak berunding dengan Diponegoro suatu ketika
Pahlawan ini sedia berunding karena jiwa bersihnya
Belanda berkhianat di tengah-tengah perundingan Diponegoro ditangkapnya
Dibuangnya di Makasar agar tidak bisa memimpin peperangan dengan rakyatnya
Penjajah memang licik, pengkhianat dan rakus harta
Pahlawan jika maju berperang membela Indonnesia
Dibekali dengan kalimat Allahu Akbar dan shalat yang tiada hentinya
Senjata dari langit yang tidak dipunyai Belanda
Penjajah ini hanya mengandalkan senjata materi yang Nampak di mata
Kekuatan ruhiyah dari Yang Maha Kuasa adalah senjata rakyat Indonesia
Belanda mengandalkan kekuatan fisik dan materi belaka
Bila menang pertempuran mereka dansa dansi dengan para pelacur hingga malam tiba
Pasukan Indonesia melepas lelahnya dengan keluarga dan di surau atau masjid tempat istirahatnya
Para ulama dan kiai memimpin dengan santri-santrinya melawan penjajah yang menjalankan misi Kristennya
Tak ada rasa takut dalam perjuangan melawan Belanda durjana
Mati syahid atau hidup mulia yang dicarinya
Merdeka atau mati menjadi slogannya
Para ibu juga tak kalah beraninya
Mereka berpesan kepada anaknya: ‘nak majulah perang untuk membela bangsa, kerjakan shalat dimana saja’
‘Kalau engkau meninggal, ibu tak akan menangis karenanya’
‘Ibu yakin engkau akan masuk surga’
Semangat membela risalah Ilahi memberi kekuatan yang tidak tertandingi di jiwa
Seperti Panglima Besar Sudirman yang selalu menyeru shalat anak buahnya
Bergerilya ratusan kilometer ditempuhnya melawan pengkhianat Belanda
Penjajah membayar intel-intel pribumi untuk mengetahui keberadaan panglima