Saatnya Indonesia Memimpin Dunia
Kaum munafik seperti ini ada dimana mana
Baik di masa penjajahan atau damai di Indonesia
Mereka mementingkan duit daripada berjiwa ksatria
Sifat liciknya tega membuat kawan sendiri terluka
Setelah ratusan tahun perjuangan dengan senjata
Mengorbankan harta dan nyawa
17 Agustus 1945 Indonesia merdeka
Menangis dan bangga kata merdeka menyebar di seluruh nusa
Menangis karena pemimpin mulai berkhianat terhadap perjanjian yang ada
Menangis karena Piagam Jakarta tidak dibaca di hari kemerdekaan kita
Diganti dengan coretan yang kurang makna
Bangga karena tanah air menjadi bebas dan pribumi sebagai pengaturnya
18 Agustus 1945
Menangis sejadi-jadinya
Kata Islam dihilangkan dalam konstitusi kita
Para pemimpin menghapuskan jejak Islam dalam perjuangan bangsa
Padahal hampir seratus persen pahlawan adalah kaum Muslim di Indonesia
Para pahlawan menggunakan semangat Islam mengusir penjajah Katolik Portugis dan Protestan Belanda
Kalimat Allahu Akbar dan Lailaha illaLlah Muhammadur Rasulullah adalah benderanya
Pancasila kehilangan ruh ketika kata Islam tidak ada di sana
1948, PKI melakukan pemberontakan terhadap negara
Musso memimpin dan menyerukan ‘Republika Komunis Rusia’
Dibunuhnya ‘ribuan orang’ untuk menjalankan revolusinya
Para kiyai, santri dan pejabat birokrat korbannya
1949, Kartosuwiryo mendeklarasikan Darul Islam di Jawa Barat sana
Ia menolak disuruh mundur pasukannya oleh Belanda
Soekarno dan kawan-kawan ‘ditahan Belanda’ pada saat yang sama
Karto biasa perang fisik, tak mau ngalah dengan Belanda
Soekarno dan kawan marah kepada Karto yang sebenarnya juga kawannya
Ia menolak adanya negara di dalam negara
Partai Islam Masyumi mencoba mencari jalan tengah di sana
Karto dan pasukannya jangan diperangi tapi diajak berunding dulu segera
Soekarno karena dikelilingi PKI dan tokoh-tokoh Islamofobia akhirnya memerangi Darul Islam dengan kerasnya
Kartosuwiryo pun akhirnya dihukum mati karenanya
1956-1959, Majelis Konstituante bersidang menentukan dasar negara
Tokoh-tokoh Islam menuntut Islam harus dijadikan dasar negara
Soekarno lewat PNI, PKI dan kawan-kawannya menuntut Pancasila sebagai pedoman dasar negara
Berdebatlah mereka berulangkali di sidang yang mulia
Tokoh tokoh Islam menguraikan dengan bagus alasan-alasannya
Mohammad Natsir tampil dengan cerdas dan gagahnya
Sehingga ulama besar Buya Hamka menulis puisi yang menyentuh jiwa
Masukkan aku dalam barisanmu (Natsir tercinta)
Tokoh Tokoh PKI dan PNI bergantian menguraikan argumennya
Mereka khawatir kalau Islam dijadikan dasar negara
Kaum minoritas akan tidak terlindungi karenanya
Negara harus netral karenanya
Tokoh Islam menjawab bahwa dalam sejarah, Islam selalu melindungi minoritas dimanapun berada
Zalim adalah kata yang dilarang Al-Qur’an tercinta
Adil adalah kata yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an mulia
Puluhan tokoh menyampaikan makalahnya
Voting pun diambil tapi tak memenuhi korum di sana
Berulang kali voting, hasilnya tidak ada yang mayoritas di sana