Salah Pasang Kufur Nikmat Tuan Presiden
Salah Kelola Kekayaan Alam
Sekarang mari kita melihat nikmat – nikmat pemberian Allah SWT kepada negeri Indonesia ini. Indonesia disebut sebagai negeri Zamrud Katulistiwa. Hal ini menggambarkan betapa melimpahnya karunia Allah SWT kepada Indonesia. Tanah yang subur, jumlah penduduk yang banyak, dan kekayaan SDA yang melimpah baik di darat maupun di lautan. Tentunya semua karunia tersebut sebagai modal untuk mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa. Bukan sebaliknya, dengan kekayaan SDA melimpah justru yang terjadi adalah penderitaan demi penderitaan.
Dalam hal ini, Allah SWT memberikan sebuah gambaran keadaan sebuah negeri yang kufur nikmat dengan firman-Nya.
Allah SWT telah memberikan sebuah perumpamaan mengenai sebuah negeri yang aman sentosa, rizqinya datang dari segala arah. Akan tetapi negeri tersebut telah kufur atas nikmat – nikmat Allah SWT, maka Allah SWT menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan atas apa yang sudah mereka lakukan. (QS An Nahl : 112).
Adapun sebagian kekayaan alam Indonesia di antaranya berikut ini. Total cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 7,512 milyar barel. Cadangan minyak terbesar di Natuna yaitu 117,6 juta barel, dan potensinya bisa mencapai 141,6 juta barel. Di Sumatera Tengah mencapai 1.152 milyar barel, yang terbukti 662,1 juta barel.
Sedangkan kekayaan laut yang berasal dari ikan, terumbu karang, hutan mangrove, ekosistem lamun, potensi wisata bahari dan lainnya, nilainya mencapai 1.772 milyar rupiah. Bahkan nilai sebesar itu telah menyumbang sekitar 93 persen APBN. Bahkan Indonesia sebagai negeri kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang yakni 99 ribu km dan luas perairan sebesar 6,3 juta km persegi tentunya akan menyumbang lebih banyak kekayaan laut.
Tambang emas selain di Papua, terdapat juga di Bengkulu, Bogor, Bali dan Banyuwangi. Di Bengkulu, wilayah timbunan emas mencapai 90 ribu hektar dengan kandungan satu juta ons emas. Di Bogor, penambangan emas di Gunung Pongkor termasuk terbesar di Jawa. Di Bali, kandungan emasnya secara geologis mencapai lebih dari satu juta ons. Di Banyuwangi terdapat di daerah tambang pitu. Kapasitas produksinya sebesar 2,8 juta gram emas dan 128 juta gram perak per tahun.
Yang terjadi pengelolaan SDA saat ini menggunakan aturan ekonomi neoliberal. Kekayaan alam yang mestinya milik rakyat diswastanisasi, sektor ekonomi non riil, ekonomi ribawi dan nihilisme peran negara. Jadi sistem ekonomi neoliberal berasaskan sekulerisme.
Akibatnya yang terjadi adalah kesenjangan ekonomi, kelaparan dan kemiskinan. Data BPS pada september 2019, angka kemiskinan sebesar 9,22 %. Ini setara dengan 24,97 juta orang. Standar kemiskinan di Indonesia itu yang berpenghasilan kurang dari satu dollar per hari. Sedangkan standar kemiskinan Bank Dunia sebesar dua dollar per hari. Tentunya angka kemiskinan di Indonesia bisa lebih besar dari data BPS tersebut.
Kemiskinan memberi gambaran akan tidak tercukupinya kebutuhan pokok manusia. Tingginya angka pengangguran signifikan menyumbang kemiskinan dan kelaparan. Angka pengangguran mencapai 7,05 juta orang per Agustus 2019. Angka kelaparan di Indonesia sebesar 22 juta orang per November 2019.
Di samping itu, bencana banjir di awal tahun 2020 termasuk akibat dari program pembangunan insfrastruktur ugal – ugalan. Hal demikian merupakan kesalahan pengelolaan kekayaan alam. Bukankah ini termasuk kufur nikmat? Pasalnya dengan kekayaan alam yang melimpah, pemerintah justru mengambil sistem ekonomi neoliberal, bukan mengambil sistem ekonomi Islam.
Jadi pertumbuhan ekonomi lima persen, tidak linear menunjukkan tingkat kesejahteraan bangsa dan negara. Bahkan menurut seorang ekonom UI, angka lima persen menunjukkan hal yang natural. Artinya, penerapan sistem ekonomi neoliberal tidak melahirkan kesejahteraan, justru penderitaan dan kesengsaraan.
Kesimpulannya, kekayaan yang melimpah di Indonesia merupakan nikmat Allah SWT. Pengelolaan kekayaan alam menggunakan sistem ekonomi Islam adalah bentuk mensyukuri nikmat Allah SWT.
Ainul Mizan
Pemerhati Sosial Politik, tinggal di Malang