Samakah Akhlak dan Budaya dengan Agama?
Akhlak dan Budaya Samakah dengan Agama?
Peta jalan pendidikan Indonesia 2020-2035 mencantumkan frasa akhlak dan budaya setidaknya ada pada slide yang penulis terima halaman 3, 29 dan 45 dari jumlah total halaman slide 74 halaman dan meniadakan frasa Agama. Apakah frasa akhlak dan budaya sama dan dianggap cukup mewakili frasa agama? Jelas tidak tentunya, akhlak dalam Islam merupakan bagian salah satu ajaran yang dibawa Rasulullah dan ada dalam Al-Qur’an namun bukan keseluruhan yang mewakili ajaran Islam. Hadits yang mengatakan:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
Hadits ini tentu bukan menjadi sandaran utama bahwa mengatur pendidikan di Indonesia hanya berlandaskan akhlak yang mulia saja dan mengabaikan frasa agama yang kita temukan dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa isi kandungan Al-Qur’an meliputi tiga bagian yaitu: akidah, syariah dan akhlak.
Sedangkan istilah budaya atau adat dalam Islam disebut urf pembahasan ulama dalam pembahasan fikih diperbolehkan dan dibenarkan jika sesuai dengan syariat atau ajaran Islam, jika menyimpang dan tidak sesuai syariat maka kembalikan urusannya kepada syariat/agama.
Meniadakan frasa agama dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 dan mengganti dengan frasa akhlak dan budaya maknanya sedang menjauhkan umat Islam dari pola pendidikan sesuai agama dimana akidah, hukum syariah dan akhlak sebagai pendukungnya dan hanya menyuruh umat Islam untuk mempelajara akhlak dan budaya saja.
Dampak yang akan terjadi adalah dan mungkin ini skenario besar dalam sistem pendidikan kita di Indonesia.
Penulis khawatir umat Islam di Indonesia sedang digiring untuk menerima konsep pendidikan yang mengarah ke arah sekuler dan menjauhkan peranan agama, dan konsep pendidikan sekuler tersebut ketika penulis mempelajari slide peta jalan pendidikan Indonesia 2020-2035 kelihatannya pintu gerbangnya sedang dibuka dan penulis melihat parameter penilaian keberhasilan dan pencapaian pendidikan hanya dilihat dari aspek materi saja dan jauh dari nilai agama. dan jika ini terjadi maka musibah besar sedang melanda Indonesia melalui dunia pendidikan yang merupakan gerbang terwujudnya peradaban umat manusia.
Selain itu dampak yang tidak kalah besarnya juga adalah munculnya istilah kearifan lokal / budaya dalam sistem pendidikan di Indonesia, padahal kearifan lokal / budaya tersebut jauh dari nilai agama dan tidak sesuai dengan nilai agama. Namun karena frasa budaya ada dan hadir dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 sedangkan frasa agama tidak ada maka nilai agama akan dipaksa kalah TKO dan menerima nilai budaya.
Kalau kedua hal itu terjadi di Indonesia dengan peta jalan pendidikan Indonesia 2020-2035 lalu akan seperti apa generasi Indonesia ke depan?
Dr. Indra Martian Permana
Direktur Kajian dan Diklat CSIL