Seandainya Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin Bersatu

Bila dicermati pemikiran Hasan al Bana lebih membumi daripada Taqiyuddin tentang khilafah (‘tujuan tertinggi politik Islam’). Dengan menerima nasionalisme, maka Ikhwan bisa mewarnai dakwah di tanah airnya masing-masing. Dan perjuangan politik Islam pun bisa dicapai secara riil. Meski di Mesir dan Aljazair misalnya Ikhwan dianggap sebagian ilmuwan gagal dalam perpolitikan, sebenarnya Ikhwan bukan gagal. Ikhwan berhasil mempengaruhi hati masyarakat untuk bersamanya di Mesir dan Aljazair hingga ke puncak kekuasaan, tetapi tentara-tentara yang zalim itulah yang menggagalkan Ikhwan. Ikhwan menang pemilu di Mesir dan Mursi naik sebagai presiden dikudeta. Begitu pula di Aljazair, partai Islam FIS menang pemilu, dibatalkan atau dikudeta. Begitulah penguasa-penguasa yang zalim menghadapi Ikhwanul Muslimin. Mereka tidak siap berdemokrasi, mereka hanya jadikan demokrasi sebagai alat tunggangan untuk berkuasa. Bila menguntungkan dipakai, bila tidak dibuang.
Maka ulama besar Sayid Qutb menjuluki Hasan al Bana, sebagai pembangun yang jenius. Sesuai dengan namanya, Hasan al Bana.
Walhasil, dunia saat ini memang membutuhkan khilafah. Dunia membutuhkan pengaturan bersama, kemakmuran bersama dan perdamaian sejati. Tetapi khilafah itu hanya bisa tegak bila para elit atau pemimpin-pemimpin dunia saat ini masuk Islam. Bila Al-Qur’an menjadi pedoman bersama bangsa-bangsa di dunia. Bila tidak, khilafah sulit untuk tegak.
Maka tugas utama kita sebagai seorang dai atau guru adalah terus memberikan pencerahan dakwah kepada masyarakat dan para pemimpin negara. Ayat-ayat Al-Qur’an harus terus kita sampaikan, karena kita tidak tahu kapan cahaya itu akan masuk pada hati seseorang. Dan di hari akhir nanti, kata Rasulullah saw, Al-Qur’an akan masuk ke tiap-tiap rumah baik di Barat dan di Timur.
Janji Rasulullah pasti benarnya, maka mari kita wujudkan bersama janji Rasulullah itu. Saatnya aktivis-aktivis Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir bergandengan tangan agar Al-Qur’an masuk dalam jiwa-jiwa para pemimpin dunia. Al-Qur’an masuk dalam jiwa para intelektual dan pemimpin-pemimpin di Israel, Amerika, Rusia, Cina dan lain-lain. Bila Al-Qur’an masuk dalam jiwa para pemimpin dunia, maka insyaallah dunia akan damai dan peperangan akan berhenti.
Kapan itu terjadi? Wallahu a’lam. Allah yang Maha Tahu segalanya. Tapi kita yakin itu suatu saat akan terjadi. Wallahu azizun hakim. Allah Maha Perkasa dan Allah Maha Bijaksana. []
Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.