Sebab-Sebab Suatu Bangsa Dimuliakan atau Dihinakan Allah
Terjadinya kehinaan dan kehancuran berbahaya dari semua ini adalah munculnya para penguasa otoriter yang meninggalakn ajaran agama dalam mengemban amanah kejuasaannya. Sehingga mereka melakukan kebijaksanaan dalam pemerintahannya dengan undang-undang yang didasari hawa nafsu dan akal buruk yang justru akan menimbulkan kefasikan, perpecah belahan, kehinaan dan kehancuran.
Kepemimpinan mendekati akhir zaman ini masuk dalam fase Mulkan Jabbar, dimana kekuasaan sudah tidak lagi memakai kaidah wakil Allah (khalifah) di muka bumi yang tugasnya memakmurkan bumi, menegakkan kebenaran dan keadilan.
Tidak menjadikan al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai undang-undang, dan sudah tidak menjadikan nasehat para ulama zuhud pewaris risalah nabi sebagai penasehat kenegaraan.
Hal ini menjadi dasar haramnya untuk taat secara mutlaq kepada penguasa yang seperti ini.
Syaikh Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al Wabil dalam kitab Asyraatus Saa’ah beliau menukil Keterangan Imam Nawawi, “Hadits ini adalah diantara mukjizat Nabi. Sungguh telah terbukti apa yang dikabarkan oleh beliau, adapun orang orang yang membawa cambuk adalah pengawal-pengawal penguasa yang berbuat kezaliman.” (Syarah Nawawi).
Maka tidak aneh bila sekarang ini kita dapati di antara akhlak sebagian para aparat, dan pelaksana kekuasaan semena-mena terhadap rakyatnya, kepada kaum muslimin yang ingin menegakan ajaran agamanya dan menegakjan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.
Di sisi lain muncul ulama-ulama provokatif yang justru membenarkan tingkah laku para aparat zalim itu, seolah-olah sedang berjihad memberantas kaum Khawarij. Sehingga fatwanya menjadi dasar para aparat untuk kian menindas mujahid-mujahid dakwah. Para pejuang divonis sebagai khawarij, bughat (pemberontak) atau sekte takfiri. Padahal mereka sendiri yang takfiri, suka mengkafirkan orang lain. Sehingga dengan label itu mereka halalkan para aparat untuk menangkap sesuka hati. Yang ujung-ujungnya adalah membuat kaum musyrikin, fasikin, munafikin yang memusuhi kaum muslimin justru menjadi senang dan terus melenggang dengan kezalimannya. Naudzubillah
Semoga kita dijauhkan dari sifat zalim dan Allah tetap teguhkan dalam hati kaum muslimin dalam manhaj salafus shalih memperjuangkan Islam hingga tegaknya sistem kepemimpinan umat yang didasari dengan ketakwaan kepada Allah di muka bumi ini.
Oleh karena itu, mari kita perjuangkan firman Allah berikut ini:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri mau beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)
Rasulullah Saw bersabda:
اِذَا اَرَادَاللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى عَلَيْهِمْ حُلَمَاءَهُمْ. وَقَضَى بَيْنَهُمْ عُلَمَاؤُهُمْ. وَجَعَلَ الْمَالَ فِيْ سُمَحَائِهِمْ. وَاِذَا اَرَادَاللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلَّى عَلَيْهِمْ سُفَهَاءَهُمْ. وَقَضَى بَيْنَهُم جُهَّلُهُمْ. وَجَعَلَ الْمَالَ فِيْ بُخَلَائِهِمْ. (الديلمى)
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang paling bijaksana, ulama-ulama (zuhud) mereka sebagai penentu hukum & peradilan. Allah kuasakan harta benda ditangan orang-orang yang dermawan. Jika Allah ingin terjadi kehancuran bagi suatu kaum, maka Allah jadikan pemimpin-pemimpin mereka orang sufaha’ (berakhlaq buruk), Orang jahil (dungu) yang mengendalikan hukum dan peradilan, dan harta benda dikuasai oleh segelintir orang yang bakhil”. (HR. Ad Dailami)
Wallahualam bis Shawab
Willyuddin Abdul Rasyid Dhani