Seolah Indah, Harta bisa Menjadi Ujian yang Menyakitkan
Ukuran terhina disisi manusia tentu berbeda disisi Allah Ta’ala. Manusia lebih melihat kehinaan ketika seseorang miskin tanpa harta. Tapi Allah Ta’ala ketika ingin menghinakan manusia DIA berikan kesenangan dengan dunia dan seisinya, diberikan jabatan dan melipahnya harta, namun banyak yang tidak paham tentang itu. Seolah bangga dengan apa yang diraih, sambil berkata beginilah realisasi agama yang benar, rezeki mengalir tanpa putus. Mereka tidak tahu ternyata itulah ujian yang teramat menyakitkan.
Allah Ta’ala, berfirman:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِۦ مِنْ مَّالٍ وَبَنِينَ
“Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa),” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 55)
نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِ ۚ بَل لَّا يَشْعُرُونَ
“Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 56)
Imam al-Qurthubi rahimahullah menegaskan salah satu sifat orang kafir, “Kemuliaan dan kehinaan pada pandangan orang kafir berdasarkan banyak sedikitnya kekayaan yang dimiliki seseorang”. (Al-Jami li Ahkamil Qur`an 20/47)
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Kekayaan dan kemiskinan, keluasan dan sempitnya rezeki adalah cobaan dari Allah Azza wa Jalla dan ujian untuk menguji para hamba-Nya, supaya dapat diketahui siapa saja yang bersyukur dan bersabar, kemudian Allah Azza wa Jalla akan membalasnya dengan pahala yang besar. Barang siapa yang tidak demikian (tidak bersyukur atau bersabar), maka akan dibalas dengan siksa pedih”. (Taisirul Karimir Rahman hlm. 1009)
Mari kita simak kisah Qorun yang Allah Ta’ala berikan azab kehinaan akibat berpaling dari peringatan Allah, rakus dan sombongnya memiliki harta.Allah Ta’ala, berfirman:
فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا يٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 79)
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صٰلِحًا وَلَا يُلَقّٰىهَآ إِلَّا الصّٰبِرُونَ
“Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 80)
فَخَسَفْنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُۥ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam Bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 81)
Islam tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk mengejar harta kekayaan, Hanya saja, Islam tidak melarang, bahkan mengajarkan kita untuk menjadi orang kaya, agar bisa memberi kemanfaatan kepada orang miskin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang kaya raya, demikian juga para sahabat, selain kaya mereka juga berprestasi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Walaupun Mereka kaya, tapi hidup mereka sederhana. Intinya, mereka menjalankan kehidupan mereka yang proporsional. Dengan demikian, bukanlah kebahagiaan dunia yang didapat, namun akhirat pun tetap menjadi tujuan hidupnya.
Walllahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia