Sepakat! Atasi Pandemi dengan Taubat
Jika kita menelisik fakta di atas. Patutlah kita bertanya, apakah benar anjuran untuk taubat tadi benar-benar dilaksanakan oleh pemimpin negeri ini? Atau hanya sekedar pemanis bibir yang tak sejalan dengan perilaku dan kebijakan negeri? Padahal Allah SWT berfirman, “Dan musibah apa saja yang menimpamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (asy Syura: 30)
Syekh Abdurrahman as- Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Allah SWT mengabarkan bahwa musibah apa pun yang menerpa seorang hamba, baik menimpa badan, harta, anak-anaknya, atau musibah yang menimpa segala yang dia cintai dan berharga, semua itu disebabkan kemaksiatan yang telah dia lakukan. Bahkan, dosa-dosa yang Allah SWT ampuni lebih banyak. Sebab Allah tidak akan menzalimi hamba-hamba-Nya tetapi merekalah yang menzalimi diri merka sendiri.” (Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan 1/759)
Maka, seruan tobat yang disampaikan kepala negera seharusnya diiringi dengan ketaatan pada syariat-Nya secara total. Tersebab, Allah SWT secara tegas menolak keimanan seseorang yang enggan taat pada syariat-Nya. Maka, sudah saatnya negeri yang mayoritas muslim ini bersegera bertaubat, agar wabah yang melanda negeri diangkat oleh Allah SWT dan bisa diselesaikan secara tuntas.
Patutlah negeri ini berkaca bagaimana Islam menyelesaikan wabah secara totalitas. Banyak goresan sejarah yang menuliskan, bagaimana pemimpin Islam memberikan teladan bagi rakyat ketika krisis atau wabah melanda negerinya. Salah satu contoh saja pada 18 H, orang-orang di Jazirab Arab tertimpa kemarau dan kelaparan hebat. Saat itu, Khalifah Umar bin Khaththab adalah kepala negaranya. Tahun itu disebut tahun kelabu, dikarenakan jarang tersedia makanan.
Saat itu, Khalifah Umar bersegera mendekatkan diri kepada Allah SWT meminta pertolongan-Nya. Khalifah juga langsung memimpin taubat nasuha karena bencana atau krisis yang terjadi tak luput akibat kesalahan-kesalahan dan dosa yang dilakukan pemimpin serta masyarakatnya. Khalifah Umar pun memberikan teladan bagaimana bersikap ketika menghadapi wabah. Teladan pertama yang dilakukan Khalifah Umar ialah ia tidak bergaya hidup mewah. Makanan seadanya, bahkan kadarnya sama dengan rakyat yang paling miskin.
Selanjutnya, Khalifah Umar langsung memerintahkan membuat posko-posko bantuan. Negara berupaya memenuhi kebutuhan pokok, terkhusus kebutuhan makanan rakyatnya. Jika tidak bisa mendatangi Khalifah meminta makanan, makanan akan diantar ke rumahnya. Hal itu terjadi selama beberapa bulan sepanjang masa bencana. Khalifah Umar juga menunda segala pungutan pada masa krisis dan bencana. Hal ini dilakukan agar tidak sampai memberatkan rakyat.
Demikianlah, Islam memang mengimbau ketika ada musibah datang untuk melakukan taubat, meminta ampun kepada Allah agar bencana segera berlalu. Namun, seruan taubat tapi perilaku justru terus memusuhi Islam hanyalah perbuatan orang yang munafik. Begitu juga, menyeru masyarakat bertaubat sementara kepala negaranya tidak menerapkan seluruh syariat atasi wabah, hanyalah omong kosong. Wallahu A’lam bisshowaab.
Habiba Mufida
(Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Kebijakan Publik)