Sepenakut Apa Bangsa ini terhadap Jokowi?
Pertanyaan menggelitik. Itu seperti orang awam yang bukan WNI setelah mengetahui betapa masgulnya kekuasaan rezim Jokowi —sekalipun bukan rezim militer, mempertanyakannya. Ini wajar.
Yang tidak wajar, kalau orang WNI sudah tahu dan paham kepala negaranya begini begitu. Bahkan, sampai berani melanggar hukum tertinggi konstitusional. Hasilnya hanya demi terbentuk politik dinasti keluarganya.
Politik yang sesungguhnya sangat merugikan dan membahayakan bangsa ini dianggap dan dibuat angin lalu.
Bahkan, masih dipuja dan dipuji oleh sebagian rakyatnya yang sebenarnya dibodohi dan dimiskinkan olehnya—hanya gegara bansos politik genting babi saat Pilpres 2024 yang nanti akan semakin dipahami apa dan kenapa alasannya Jokowi harus menggandeng Prabowo.
Contoh nyata sesungguhnya tak usah jauh-jauh dengan negara tetangga Malaysia.
Eks Perdana Menteri PM Malaysia Najib Rajak —merupakan putra dari Tun Abdul Rajak — ketika saat usia 23 menggantikan jabatan ayahnya PM kedua Malaysia alias sama percis sebagai produk aliansi politik dinasti —2018 terbongkar melakukan mega skandal korupsi paling terbesar dalam sejarah Malaysia — dalam kasus 1MDB dan didakwa dengan 42 kasus lainnya.
Skandal mega korupsi inilah yang dimaksud merugikan dan membahayakan negara dan bangsa serumpun ini. Hingga, akhirnya pertengahan 2022 Najib Rajak dijatuhi hukuman penjara 12 tahun penjara beserta pengembalian asset yang telah dikorupsinya.
Dan dengan keberaniannya yang luar biasa, Mahathir Muhammad dalam usianya ke-92 tahun kembali terpilih menjadi PM mengambil alih kepemimpinan di Malaysia kemudian diteruskan kepada Anwar Ibrahim: adalah upaya konkrit politik negara untuk memulihkan citra Malaysia ke dunia internasional yang terpuruk kepercayaannya akibat mega skandal korupsi yang sungguh sangat memalukan ini.
Tetapi, sekarang sebaliknya sebegitu bahayanya kasus Najib tidak sebahaya yang terjadi di Indonesia.
Justru, Indonesia baru memulainya dengan tampilnya wapres Gibran —putra sulung Jokowi—merupakan manifestasi kebahayaan politik dinasti itubsudah mengintai ancaman mengerikan ke depan —yang diprediksi oleh Prabowo sendiri dituliskan dalam buku Paradoks Indonesia, NKRI bisa bubar.
Cirinya itu tidak saja ditunjukkan hanya dalam lima tahun terakhir, Gibran sudah memiliki 58 korporasi yang koneksinya sudah mengular ke para oligarki kemana-mana.
Boleh jadi itu juga atas influencer Bapaknya yang memayungi adanya juga kabinet Penguasa-Pengusaha yang lagi-lagi berkoneksi sangat rapat dan kerap dengan para oligarki itu.