LAPSUS

Serang Qatar, Analisis: Israel Lompati Garis Merah

Serangan terhadap pemimpin Hamas di ibu kota Qatar, Doha, menunjukkan bahwa Israel akan terus meningkatkan eskalasi jika kekuatan global tidak menghentikannya.

Akhir dari negosiasi gencatan senjata?

Negosiasi gencatan senjata saat ini membahas usulan Trump sendiri. Namun, ia juga mengeluarkan ancaman kepada Hamas dan Gaza jika kesepakatan tidak tercapai.

Pada kenyataannya, Hamas telah menyetujui beberapa proposal sebelumnya, tetapi Israel kerap menolak kesepakatan yang sudah disetujui atau mengubah parameter perundingan.

Trump sebelumnya mendorong kesepakatan yang mencakup pembebasan sebagian tawanan Israel serta jeda sementara pertempuran untuk melanjutkan negosiasi. Israel awalnya setuju, tetapi kemudian menolak. Kini, proposal terbaru menuntut Hamas membebaskan semua tawanan, namun hanya mendapat jeda tempur sementara sebagai imbalannya.

Dengan operasi militer Israel yang terus berlanjut di Kota Gaza – di mana seluruh warga Palestina diminta mengungsi – serta tuntutan bahwa Hamas harus dihancurkan, indikasinya Israel tidak berniat mencari gencatan senjata.

“Intinya jelas: Israel sama sekali tidak tertarik pada gencatan senjata,” kata Zonszein. “Semua laporan soal Trump yang ingin berunding dengan Hamas hanyalah sandiwara.”

Reaksi Qatar

Qatar selama ini berperan sebagai mediator regional dan internasional, menjaga hubungan baik dengan AS sekaligus Iran.

Meski tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel, Qatar telah menjadi tuan rumah perundingan gencatan senjata sejak perang pecah pada Oktober 2023, dan sebelumnya berkoordinasi dengan Israel dalam penyaluran bantuan ke Gaza.

Namun kini, Qatar ikut terseret dalam kekerasan regional – mulai dari serangan Iran pada Juni lalu ke pangkalan AS di Al Udeid, hingga serangan Israel langsung ke Doha.

Menurut jurnalis Doha Abdullah al-Imadi, Qatar akan memanfaatkan Sidang Umum PBB untuk menarik perhatian dunia atas “pelanggaran Israel terhadap semua hukum internasional”, serta berupaya memobilisasi opini publik internasional guna menekan Israel agar menghormati kedaulatan negara.

Implikasi bagi kawasan

Kristian Coates Ulrichsen, peneliti Timur Tengah di Rice University, mengatakan pejabat Qatar dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) kemungkinan besar akan menanyakan langsung kepada Washington apakah AS benar-benar memberi lampu hijau bagi serangan ini.

Jika benar, katanya, hal itu “mengguncang inti kemitraan keamanan AS-Gulf yang selama ini dianggap solid.”

Menurut Cinzia Bianco, serangan ini menunjukkan bahwa keberadaan pangkalan AS di kawasan tak lagi menjadi jaminan keamanan.

“Tidak ada yang benar-benar aman, dan tidak ada yang benar-benar di luar jangkauan,” katanya.

Daniel Levy, Presiden US/Middle East Project sekaligus mantan negosiator Israel, menyimpulkan: “Setiap negara di kawasan seharusnya berkepentingan untuk menghentikan impunitas ini, karena jika tidak, bom Israel akan sampai ke lingkungan Anda. Pertanyaannya sederhana: apakah AS lebih memilih hubungan dengan seluruh kawasan, atau terus membiarkan kriminalitas Israel?” []

Sumber: Al Jazeera

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button