OASE

Shalawat sebagai Penawar Hati

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang kian menekan jiwa, banyak orang merasakan kesumpekan batin, keresahan hati, dan kegelisahan yang sulit diungkapkan. Perasaan ini muncul karena berbagai sebab: tekanan pekerjaan, ketidakpastian masa depan, atau bahkan sekadar rutinitas harian yang monoton.

Dalam Islam, hati yang sempit dan resah sering dikaitkan dengan kurangnya zikrullah mengingat Allah SWT. Salah satu bentuk zikir yang memiliki keutamaan besar untuk mengobati kesumpekan adalah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Al-Qur’an menegaskan pentingnya bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab 33: 56)

Ayat ini bukan hanya perintah, tetapi juga isyarat tentang fadha’il shalawat. Ketika seorang mukmin bershalawat, ia menyambung diri dengan cinta Ilahi dan kasih sayang Rasulullah Saw. Hubungan ruhani inilah yang melapangkan dada. Dalam tafsir Ibn Katsir, ayat ini menunjukkan bahwa shalawat adalah bentuk pengagungan sekaligus jalan turunnya rahmat kepada hamba.

Selain itu, Allah Swt juga menjelaskan bahwa dzikir dan ingat kepada-Nya adalah kunci ketenangan: “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” QS. Ar-Ra’d 13: 28)

shalawat termasuk dzikir yang menggabungkan pujian kepada Allah dan pemuliaan kepada Rasul-Nya, sehingga melahirkan ketenangan jiwa yang mendalam.

Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)

shalawat yang dibalas sepuluh kali rahmat dari Allah akan melapangkan hati yang sempit. Dalam riwayat lain, disebutkan: “Perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat kalian diperlihatkan kepadaku.” (HR. Abu Dawud)

shalawat yang diulang-ulang menumbuhkan rasa dekat dengan Rasulullah, menghidupkan hati yang mati, dan menghapus kesempitan batin.

Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam al-Qawl al-Badi’ menegaskan bahwa di antara fadha’il shalawat adalah menghilangkan kegelisahan, mempermudah urusan, dan menjadi sebab turunnya ketenangan dalam hati seorang hamba.

Para ulama sufi sering menyebut shalawat sebagai “rahiq al-qulub” (minuman yang menyejukkan hati). Imam al-Haddad dalam al-Ratib dan syair-syairnya mendorong umat untuk memperbanyak shalawat agar hati bercahaya dan lapang.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button