KHOTBAH

Siapa dan Apa Tugas Kita di Dunia?

Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللّٰهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيرًا

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah itu benar-benar ada teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Aḥzāb [33]:21).

Allah SWT juga berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ۝ قُلْ أَطِيعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

“Katakanlah (Muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul(-Nya). Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 31–32).

Jamaah salat Jumat yang berbahagia!

Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthb dalam ilāl al-Qur’ān menulis:

“Cinta kepada Allah bukanlah sekadar pengakuan lisan atau perasaan yang menggebu-gebu, melainkan harus disertai dengan mengikuti Rasulullah Saw., berjalan di atas petunjuknya, dan mewujudkan ajarannya dalam kehidupan. Demikian pula, iman bukanlah kata-kata yang diucapkan, bukan sekadar perasaan yang bergejolak, dan bukan pula ritual yang dijalankan. Akan tetapi, iman adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengamalkan ajaran Allah yang dibawa oleh Rasul-Nya.”

Senada dengan itu, Imam Ibnu Katsir dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aīm menegaskan:

“Ayat yang mulia ini adalah hakim (penentu) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah, tetapi ia tidak berjalan di atas syariat Muhammad Saw.. Sungguh, ia adalah pendusta dalam pengakuannya itu, hingga ia mengikuti syariat Muhammad dan agama Nabi Saw. dalam seluruh perkataan dan keadaannya. Sebagaimana telah sahih dari Rasulullah Saw., beliau bersabda: ‘Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya, maka amalan itu tertolak.’”

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menambahkan:

“Sebagaimana setiap amal yang tidak diniatkan karena Allah SWT tidak akan mendatangkan pahala bagi pelakunya, demikian pula setiap amal yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya akan tertolak. Setiap orang yang mengada-ada dalam perkara agama yang tidak diizinkan Allah dan Rasul-Nya, maka amal itu sama sekali bukan bagian dari agama.”

Jamaah salat Jumat yang berbahagia!

Apabila seseorang telah mengikrarkan tujuan hidupnya hanya untuk Allah SWT, maka konsekuensi logisnya adalah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai teladan hidup. Dalam konteks kehidupan sekarang, ketika beliau sudah tiada, seorang muslim tidaklah cukup menjadikan Al-Qur’an semata sebagai pedoman hidupnya, tetapi juga wajib menerima sunnah Nabi Saw.

Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Ḥasyr [59]: 7).

Rasulullah Saw. pun menegaskan dalam sabdanya:

إنِّي قد تَرَكْتُ فيكُمْ شَيْئَيْنِ لن تَضِلُّوا بَعْدَهُما: كتابَ اللهِ وسُنَّتي

“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. al-Ḥākim).

Dalam riwayat lain beliau bersabda:

أيها الناسُ قد تركتُ فيكم ما إن أخذتُم به لن تَضِلُّوا: كتابَ اللهِ وعِتْرتي، أهلُ بيتي

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah tinggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitab Allah dan keluargaku, (Ahlul Baitku.)” (HR. al-Tirmiżī).

Ibarat sebuah jalan, jalan yang ditempuh Rasulullah Saw. dalam kehidupannya adalah jalan lurus yang diridhai Allah SWT Melalui beliau, Allah menunjukkan kepada umat manusia jalan yang lurus, lengkap dengan petunjuk dan rambu-rambunya. Siapa yang menaatinya akan selamat di dunia dan akhirat. Sebaliknya, siapa yang berpaling darinya akan tersesat di dunia dan akhirat.

Jamaah salat Jumat yang berbahagia!

Dari uraian yang telah disampaikan, dapat kita simpulkan bahwa pengakuan atas dua kalimat syahadah bukan hanya sekadar ucapan lisan, tetapi sebuah ikrar yang menentukan arah hidup seorang muslim. Syahadat menjawab pertanyaan mendasar manusia: siapa diri kita dan apa tujuan hidup kita. Kita adalah hamba Allah yang tugas utamanya beribadah kepada-Nya, dengan menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan utama dalam menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan kalimat syahadat ini sebagai pegangan kokoh dalam setiap langkah kehidupan, dengan memperteguh iman, meningkatkan takwa, serta meneladani sunnah Nabi Saw. dalam ibadah, akhlak, dan amal keseharian kita. Semoga Allah SWT meneguhkan hati kita dalam keimanan, membimbing kita di jalan yang lurus, serta mengumpulkan kita kelak bersama Rasulullah Saw. di surga-Nya yang penuh kenikmatan.

اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّه هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

***

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button