Sifilis Mengintai Anak, Liberalisme Makin Marak?
Data Kementerian Kesehatan mengungkapkan penyakit sifilis atau raja singa mengalami peningkatan tajam dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2016-2022). Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17 ribu hingga 20 ribu kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, menyebutkan terdapat 20.783 pasien sifilis pada tahun 2022. Mirisnya, dari data tersebut ada pasien anak dan remaja yang terinfeksi bakteri Treponema pallidum penyebab sifilis.
Imran membeberkan ada beberapa kelompok untuk persentase pasien anak yang terinfeksi sifilis pada tahun 2022, yakni kelompok kurang dari 4 tahun ada tiga persen yang terkena sifilis; kelompok usia 5-14 tahun ada 0,24 persen; sedangkan kelompok remaja usia 15-19 tahun ada enam persen.
Diungkapkan Imran, 27 persen kasus sifilis pada anak paling banyak ditularkan dari ibu saat persalinan. Sementara kelompok risiko lain ditemukan dari kegiatan seks berisiko, dan seks sesama jenis sebesar 28 persen. (Liputan6.com, 8/5/2023).
Kasus sifilis yang mengintai anak sejatinya tidak terlepas dari paham kebebasan yang mencengkeram negeri ini. Virus liberalisme yang melahirkan beragam kebebasan, sukses melahirkan fenomena seks bebas yang makin hari makin dianggap wajar. Alhasil, membuat penularan penyakit menular seksual (PMS) pun makin tak terkendali.
Ya, liberalisme yang menginfeksi masyarakat, nyata menjadikan seks bebas sebagai sesuatu hal yang tak lagi dianggap tabu. Sebaliknya, seolah menjadi tren yang diikuti mulai dari kalangan awam hingga kalangan borjuis. Padahal perilaku hewan inilah yang menjadi biang keladi tumbuh suburnya penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS dan sifilis.
Ironisnya, alih-alih menuntaskan fenomena seks bebas yang menjadi biang keladi penyakit menular seksual, kampanye seks aman dengan menggunakan kondom justru gencar digaungkan oleh para pemuja kebebasan. Inilah solusi tambah sulam ala liberalisme, yang alih-alih menuntaskan persoalan, justru membuat zina makin marak.
Liberalisme yang lahir dari rahim sekularisme nyata mengantarkan generasi terbaik negeri ini ke jurang kenistaan bahkan kehancuran. Masa depan negeri ini pun makin suram. Sebab, generasi yang lahir dibelit berbagai persoalan. Akalnya terinfeksi ide rusak. Jasmaninya pun diintai beragam penyakit menular yang melemahkan bahkan mematikan. Alhasil, generasi hari ini membutuhkan sebuah sistem sahih yang tidak hanya menjaga akal dan jasmani, tetapi juga mengembalikan fitrahnya sebagai umat terbaik.
Sistem Islam niscaya mampu menuntaskan beragam problematika manusia. Sebagai sistem paripurna, sistem Islam memiliki mekanisme untuk membentengi generasi dari berbagai ide rusak, termasuk sekularisme dan derivatnya. Secara preventif misalnya, penerapan sistem Islam secara komprehensif niscaya menumbuhsuburkan ketakwaan individu dan aktivitas amar makruf nahi mungkar.
Penerapan sistem Islam ini juga melahirkan sistem pergaulan yang khas yang mengatur interaksi laki-laki dan perempuan. Dalam koridor syarak, prinsip-prinsip utama yang diterapkan untuk menjaga interaksi ini antara lain: aturan menutup aurat sesuai syarak; terpisahnya kehidupan laki-laki dan perempuan, kecuali dalam perkara tertentu; larangan berkhalwat; dan menundukkan pandangan.
Sementara secara kuratif, negara sebagai benteng utama generasi wajib menerapkan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan. Efek jera ini yang berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir). Maksudnya, saat sanksi ini diterapkan maka para pelaku akan merasa kapok dan tidak berani mengulanginya lagi. Penerapan sanksi ini juga menjadi tebusan di dunia sehingga terhindar dari pedihnya siksaan Allah SWT di akhirat kelak.
Inilah mekanisme sistem Islam dalam menjaga generasi mudanya dari arus liberalisme. Melahirkan generasi terbaik yang tidak hanya sehat jasmaninya, tetapi juga akal dan jiwanya. Generasi yang niscaya mengantarkan umat ini pada kebangkitannya sebagai pemimpin peradaban dunia dan masa depan. Wallahualam bissawab. []
Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan