INTERNASIONAL

Silaturahmi ke Malaysia, Habib Rizieq Ingatkan Pentingnya Menjaga Aswaja dan Menghindari Bahaya Takfiri

Selayang (SI Online) – Dalam salah satu program lawatan ke Malaysia, Tokoh Perjuangan Islam Indonesia Habib Rizieq Syihab berkesempatan memberikan sambutan dan menyampaikan pengalaman saat mengambil pendidikan gelar magister dan doktor di dua universitas terkemuka di Malaysia.

“Alhamdulillah saya berkesempatan silaturahmi pasca Idulfitri dengan sahabat di Malaysia, yang salah satunya dengan Dr Mustofa Kamal Maulud,” ujar Habib Rizieq saat diminta sambutan di Masjid Al Furqon, Selayang, Malaysia, Ahad (13/4/2025).

Dr Mustofa merupakan salah satu pembimbing di masjid tersebut.

Habib Rizieq mengatakan, Malaysia adalah rumah keduanya karena salah satu alasannya adalah dua masa pendidikan perguruan tingginya dilaksanakan di negeri Jiran tersebut. Ia pun menceritakan tentang materi tesis S3 nya.

Habib Rizieq menyelesaikan S-2 di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Kala itu, tesis S2 nya membahas “Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariah Islam di Indonesia”, lulus dengah hasil cumlaude / mumtaz (sangat memuaskan).

Kemudian ia meraih gelar doktor dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) dengan tesis berjudul “Metodologi Pemilahan antara Usul dan Furu dalam Akidah dan Syariah serta Akhlak menurut Ahlussunnah wal Jamaah“.

“Yang menjadi latar belakang judul tersebut karena di dunia Islam sejak dahulu hingga hari ini selalu ada kelompok umat Islam yang suka menyalahkan umat Islam lainnya hanya karena perbedaan pendapat soal cabang dalam ajaran Islam. Bahkan tidak sedikit yang sampai mengafirkan tapi tidak mengerti kaidahnya. Padahal masalah ini tidak boleh sembarangan,” jelas Habib Rizieq.

Ia pun membacakan firman Allah di dalam surat An Nisa ayat 94 yang artinya: “..dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang memberi salam kepada kamu: “Engkau bukan orang yang beriman”. Menurutnya, Allah sudah memberikan arahan untuk tidak mudah mengatakan kafir kepada sesama Muslim.

“Saat ini, ada kelompok umat Islam yang tidak paham mana usul (pokok) mana furu (cabang), kadang usul dianggap furu dan sebaiknya furu dianggap usul, ini berbahaya. Kalau usul itu tidak boleh beda, jika ada perbedaan usul itu penyimpangan, sementara kalau furu itu ikhtilaf (perbedaan pendapat), jika furu boleh beda dengan syarat punya dasar yang bisa dipertanggungjawabkan,” jelasnya.

Habib Rizieq mencontohkan pemikiran kelompok liberal yang menilai soal usul dianggap furu dalam masalah nabi palsu.

“Semua sepakat bahwa Nabi Muhammad adalah penutup para nabi, ini soal usul tidak boleh ada perbedaan. Jadi manakala ada kelompok yang mengganggap ada nabi lagi itu hanya perbedaan pendapat (furu) maka ini penyimpangan. Kelompok liberal mengatakan itu soal perbedaan, mereka toleransi pada pengimpangan padahal seharusnya itu diluruskan,” ungkapnya.

Sementara contoh furu dianggap usul seperti tawasul, maulid yang dianggap menyimpang oleh salah satu kelompok umat Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button