Sjafruddin Prawiranegara, Presiden Darurat Republik Indonesia
Ayahnya, Raden Arsjad Prawiraatmadja berasal dari Banten dan termasuk salah satu pemimpin Sarekat Islam, pada 1920-an.
Sjafruddin sejak kecil belajar mengaji di rumah, kemudian ia melanjutkan ke ‘sekolah umum’: ELS, MULO, AMS dan RHS yang ia tamatkan pada 1939. Semua tingkatan itu dilaluinya tanpa turut serta dalam kegiatan-kegiatan pemuda nasional ataupun kegiatan Islam.
Di masa mahasiswa, ia menjadi anggota Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI). Sebuah organisasi mahasiswa yang lebih merupakan forum pergaulan pelajar sekolah tinggi tanpa menghiraukan keadaan sosial politik. Pesta, disertai dansa-dansa merupakan tradisi dalam kalangan organisasi mahasiswa ini. Oleh sebab itu, Jusuf Wibisono (1910-1982), teman sekolahnya ketika AMS dan RHS, kaget dan heran ketika ia bertemu Sjafruddin yang telah menjadi anggota Partai Islam Masyumi.
Jusuf sendiri di masa AMS-nya telah aktif dalam Jong Islamieten Bond (JIB), bersama Mohamad Natsir. Kemudian setelah di RHS dalam Indonesische Islam Studie Club ia bersama Prawoto Mangkusasmito dan Mohammad Roem. (Lihat buku Deliar Noer, Membincangkan Tokoh-Tokoh Bangsa, Mizan, 2001).
Sjafruddin pernah menjabat sebagai Presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia). PDRI ini berlangsung sekitar enam bulan, 22 Desember 1948-13 Juli 1949.
PDRI ini dibentuk sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Soekarno-Hatta ditangkap Belanda pada 19 Desember 1948. Sebelum ditangkap, Soekarno memberikan mandat kepada Sjafruddin untuk membentuk pemerintahan sementara.
Ceritanya, saat itu sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera Barat berkumpul di Halaban, Sumatera Barat pada 22 Desember 1948. Mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif.
Walaupun secara resmi ‘kawat’ Presiden Soekarno belum diterima, tapi hari itu juga akhirnya mereka membentuk PDRI. Kabinet PDRI susunannya sebagai berikut:
• Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
• Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri PPK/Menteri Agama,
• Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pembangunan, Pemuda,
• Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
• Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan,
• Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran.
Keesokan harinya, 23 Desember 1948, Sjafruddin berpidato: “… Belanda menyerang pada hari Minggu, hari yang biasa dipergunakan oleh kaum Nasrani untuk memuja Tuhan. Mereka menyerang pada saat tidak lama lagi akan merayakan hari Natal Isa AS, hari suci dan perdamaian bagi umat Nasrani. Justru karena itu semuanya, maka lebih-lebih perbuatan Belanda yang mengakui dirinya beragama Kristen, menunjukkan lebih jelas dan nyata sifat dan tabiat bangsa Belanda: Liciknya, curangnya, dan kejamnya.