Soal MUI Tidak Perlu Ikut-ikutan Penentuan Capres, Kiai Ma’ruf Amin Keliru
Dari sini memang ada dilema. Karena Ma’ruf Amin sendiri menjadi pasangan wapres yang banyak tidak dikehendaki umat. Pada pemilu 2019, umat Islam lebih memilih pasangan Prabowo dan Sandi. Sedangkan umat non Islam lebih banyak memilih pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin.
Posisi Ma’ruf sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI sendiri patut dipertanyakan. Harusnya yang menjabat posisi-posisi penting di MUI adalah mereka yang tidak bertugas di birokrasi pemerintahan. Seperti presiden, wapres, menteri, gubernur dan lain-lain, harusnya tidak menjabat posisi strategis di MUI. Ketika para birokrat masuk MUI, lembaga ini menjadi tidak independen. Lembaga ulama yang seharusnya memberikan panduan moral kepada pemerintah, akhirnya menjadi pak turut.
Ulama dalam Islam adalah pewaris Nabi. Tugas ulama itu berat, ia harus menjadi teladan bagi umatnya. Keilmuan dan perilakunya harus bisa diteladani masyarakat. Bila tidak, harusnya ia copot gelar ulama itu.
Karena itu, Imam Ghazali membagi ulama menjadi dua. Ulama pewaris Nabi dan ulama su’ (ulama jahat). Ulama jahat ini hanya membuat fatwa yang menguntungkan dirinya, jabatannya atau organisasinya belaka. Senang dengan kemewahan duniawi dan tepuk tangan dari pengikutnya. Ia tidak peduli umat menderita, dipenjara, dianiaya dan lain-lain. Semoga kita terhindar dari perilaku ulama su’. Wallahu azizun hakim. []
Nuim Hidayat, Dosen Akademi Dakwah Indonesia Depok.