Solusi Qur’ani atas Krisis Jati Diri Manusia Modern

Ketika Allah menyatakan bahwa “Al-Qur’an memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”, ini tidak hanya bermakna secara teoritis (bahwa Al-Qur’an adalah benar), tetapi juga secara praktis: bahwa ia paling tepat dalam membimbing manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al-Maraghi menekankan bahwa kata “التي هي أقوم” (yang lebih lurus) menunjukkan bahwa petunjuk Al-Qur’an tidak hanya benar, tetapi paling benar, paling stabil, dan paling bermanfaat bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik dari sisi akidah, moral, hukum, ekonomi, sosial, hingga politik.
Sayyid Qutb, dalam kitabnya Fī Ẓilāl al-Qur’ān melihat ayat ini sebagai manifestasi keadilan dan rahmat Allah dalam membimbing umat manusia ke jalan lurus di tengah kekacauan sistem hidup buatan manusia.
Ia menulis bahwa dunia modern dipenuhi oleh jalan-jalan yang menyimpang baik kapitalisme, komunisme, maupun sekularisme yang semua gagal menciptakan keadilan sejati. Selain itu Al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam membangun peradaban yang seimbang dan beradab.
Menurutnya satu-satunya jalan keluar dari ketimpangan sosial, eksploitasi ekonomi, dan krisis moral adalah kembali pada sistem ilahi yang ditawarkan Al-Qur’an.
Sedanngkan M Qurais Shihab, dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa firman-Nya هذا القران)) menunjukan dengan kata dekat, yaitu kata ( (هذاkitab suci ummat Nabi Muahammad Saw. Kata ini menjelaskan bahwa betapa dekatnya tuntunan-tuntunan-Nya pada fitrah manusia, serta sesuai dengan jati diri sehingga ia bener-benar dekat dengan setiap manusia.
Selanjutnya kata اقوم (aqwam) yakni memiliki arti lurus lagi sempurna. Yang di maksud aqwam di sini redaksi Al-Qur’an yang begitu sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia sehingga dapat dipahami dengan mudah. Al-Qur’an ini mengunakan berbagia maca cara untuk meyakinkan bagi yang membacannya jika menggunakan cara satu tidak mempan maka masih banyak cara lain yang dapat tersampaikan kepada orang yang membacanya.
Keterkaitan dengan Ayat Lainnya
Surah Al-Isra ayat 9 ini memiliki keterkaitan dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Pada ayat 8 menyinggung tentang umat terdahulu yang berpaling dari petunjuk (Bani Israil), kemudian ayat 9 datang sebagai penegasan bahwa petunjuk paling lurus kini ada pada Al-Qur’an. Ini sebagai transisi dari sejarah kaum terdahulu petunjuk umum bagi seluruh umat manusia melalui Al-Qur’an.
Sedangkan ayat setelahnya yaitu ayat 10 memberikan peringatan keras bagi yang menolak petunjuk tersebut, terutama karena mereka tidak percaya pada kehidupan akhirat. Ini memperlihatkan konsekuensi dari menerima atau menolak petunjuk Al-Qur’an.
Hikmah dan Kesimpulan
Hikmah yang dapat diambil dari penafsiran-penafsiran Ulama di atas yaitu QS Al-Isrā’ ayat 9 menegaskan, Al-Qur’an adalah petunjuk yang paling lurus (aqwam), menyeluruh, dan sempurna dalam membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Ia memberikan arah hidup yang seimbang antara akidah, akhlak, dan tatanan sosial.
Para ulama tafsir Al-Qur’an seperti Abu al-Fida’ Ismail, Al-Maraghi, Fakhruddin ar-Razi, Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab menunjukkan, petunjuk Al-Qur’an relevan di segala zaman, termasuk dalam menjawab tantangan moral dan sosial kontemporer.
Ayat ini juga memberikan kabar gembira bagi orang-orang beriman yang beramal saleh, serta menjadi titik sentral dalam Surat Al-Isrā’ sebagai petunjuk hidup umat manusia setelah masa-masa penyimpangan umat terdahulu. Dengan demikian, Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, tapi juga panduan hidup yang menyelamatkan di dunia dan akhirat. []
Putri Nur Kholifah, Mahasiswi Universitas PTIQ Jakarta.