Staquf Sebut Buka Komunikasi dengan Israel untuk Bantu Palestina, MER-C: Utopis
Jakarta (SI Online) – Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad menanggapi pernyataan Yahya Cholil Staquf yang mengungkapkan perlu adanya komunikasi dengan Pemerintahan Israel untuk membantu Palestina.
Menurut Sarbini, pernyataan pria yang akrab disapa Gus Yahya merupakan kalkulasi politik yang salah.
“Pernyataan Yahya Cholil Staquf untuk membuka komunikasi dengan Israel adalah kalkulasi politik yang salah dan utopis,” ujar Sarbini dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (29/9/2022).
Menurut Sarbini, pernyataan Yahya ini berangkat dari anggapan bahwa dengan Indonesia membangun perbincangan akan membuka komunikasi atau ujungnya membuka hubungan diplomatik dengan Israel, maka Indonesia bisa membantu persoalan Palestina. “Tidak seperti itu,” ungkapnya.
Ia pun memberikan contoh bagaimana negara-negara Arab yang sudah membuka hubungan diplomatik dengan Israel seperti Uni Emirat Arab, atau Bahrain selanjutnya atau Turki sebelumnya, negara-negara tersebut tidak mampu untuk membantu Palestina mencapai kemerdekaannya.
“Negara-negara yang mempunyai bargaining power yang kuat dibandingkan Indonesia saja tidak mampu untuk menekan Israel untuk bisa memberikan solusi dua negara. Mereka tidak mampu melarang Israel untuk tidak melakukan kekerasan, tidak melakukan penyerangan dan penindasan terhadap bangsa Palestina,” jelas Sarbini.
“Begitupun negara-negara kwartet (PBB, AS, Uni Eropa, dan Rusia), mereka juga tidak mampu menekan Israel untuk memberikan kemerdekaan kepada Palestina atau untuk berunding secara damai, secara seimbang dengan Palestina. Mereka saja tidak mampu, apalagi Indonesia,” tambahnya.
Untuk itu, sebagai pimpinan lembaga yang selama ini turut memiliki kepedulian terhadap Palestina baik dari sisi aksi kemanusiaan maupun politik kemanusiaan dalam rangka mendukung kemerdekaan bagi satu-satunya negara di dunia yang masih terjajah, Sarbini pun menyampaikan pandangan dan usulannya.
“Kami mengusulkan agar Indonesia bisa lebih berperan pada internal Palestina. Indonesia bisa menjadi mediator atau bisa menjadi juru damai konflik antara faksi-faksi di Palestina. Ini yang sangat memungkinkan secara politis,” katanya.
Sarbini pun mengingatkan agar Yahya Cholil Staquf lebih realistis melihat politik Israel. Hal ini karena Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi di mata Israel dengan jumlah penduduk besar, ekonomi besar dan punya historis dengan kaum Yahudi.
“Kami mengingatkan Gus Yahya agar lebih realistis melihat politik Israel. Kita harus lebih hati-hati, jangan terjebak dalam retorika yang salah. Kalau kita membuka hubungan dengan Israel maka Israel yang akan lebih diuntungkan, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Palestina,” imbuh Sarbini.
red: adhila