Sudah Ditimpa Musibah Belum Juga Bermuhasabah
“Wahai sekalian manusia, bencana gempa ini tidak terjadi melainkan karena sesuatu yang kalian perbuat. Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman-Nya, seandainya bencana gempa ini terjadi lagi, maka aku tidak akan membiarkan kalian tinggal di sini selama-lamanya.” (Umar bin Khatthab)
Musibah kembali menyapa bangsa Indonesia di awal 2021. Beruntun. Dimulai musibah longsor di Sumedang, jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182, banjir bandang di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat, erupsi gunung seperti Semeru dan Merapi, dan banjir di sejumlah daerah lainnya.
Jika dihitung, ratusan orang meninggal dunia, puluhan ribu lainnya mengungsi. Ribuan rumah dan bangunan terendam air di Kalsel. Kantor Gubernur dan Rumah Sakit ambruk di Mamuju, Sulbar. Pun demikian dengan ribuan rumah warga, rata dengan tanah.
Sayangnya, seperti yang sudah-sudah, berbagai musibah yang terjadi tidak juga dijadikan sebagai sarana untuk introspeksi diri (muhasabah) dan bertobat kepada Allah SWT.
Hingga kini belum ada pernyataan himbauan agar masyarakat menjauhi maksiat dan bertobat kepada Allah SWT, sebagaimana Amirul Mukminin Umar bin Khattab berpidato saat Madinah dilanda gempa. Saat itu Khalifah Umar mengatakan, “Wahai bumi adakah aku berbuat tidak adil?” lalu berkata lantang, “Wahai penduduk Madinah, adakah kalian berbuat maksiat? Tinggalkan perbuatan itu, atau aku akan meninggalkan kalian!”.
Maksiat Penyebab Gempa
Allah SWT berfirman dalam QS Ar-Ruum: 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwatut Tafasir, menulis: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, tampaklah musibah dan petaka di darat dan lautan karena perbuatan maksiat dan dosa umat manusia. Al-Baidhawi berkata: Yang dimaksudkan kerusakan adalah paceklik, banyak kebakaran, tenggelam, sirnanya berkah dan banyaknya kerugian karena maksiat manusia. Ibnu Katsir berkata, jelaslah bahwa kerusakan pada tanaman dan buha-buahan adalah akibat kemaksiatan manusia, sebab baiknya bumi dan langit adalah berkat ketaatan.
Supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, hal itu agar Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka di dunia sebelum menghukum mereka semuanya dengan hal itu di akhirat.