JEJAK SEJARAH

Sudut Pandang Peradaban: Materialisme versus Wahyu

Kemajuan peradaban oleh masyarakat yang dipimpin oleh penguasa yang beradab yang dilandasi oleh wahyu (perintah Allah) dengan tujuan mengabdi semata-mata kepada Allah SWT akan menghasilkan generasi masnusia yang senantiasa bersyukur dan mengadakan perbaikan (amal-sholeh dan ishlah).

Sungguh, benar-benar telah Kami anugerahkan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), “Wahai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud!” Kami telah melunakkan besi untuknya. Buatlah baju-baju besi besar dan ukurlah anyamannya serta kerjakanlah amal sholeh. Sesungguhnya Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan bagi Sulaiman (Kami tundukkan) angin yang (jarak tempuh) perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula), serta Kami alirkan cairan tembaga baginya. Sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya.

Siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab (neraka) Sa‘ir (yang apinya menyala-nyala). Mereka (para jin) selalu bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan kehendaknya. Di antaranya (membuat) gedung-gedung tinggi, patung-patung, piring-piring (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur. Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur. (QS 34: 10-13)

Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan ilmu kepada Daud dan Sulaiman. Keduanya berkata, “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami daripada kebanyakan hamba-hamba-Nya yang mukmin.”

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa (logika) burung dan kami dianugerahi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” Untuk Sulaiman dikumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib, hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Rabb-ku, anugerahkanlah aku untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan (amal-sholeh) yang Engkau ridai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
(QS 27: 15-19)

Begitu juga peradaban yang dibangun oleh Rasulullah Muhammad Saw, yang (dengan izin Allah SWT) berhasil merevolusi masyarakat Makkah dan sekitarnya (Jazirah Arab) dari masyarakat jahiliyyah dengan kabilah-kabilahnya menjadi masyarakat yang sangat beradab. Bahkan berlanjut dengan perubahan peradaban masyarakat dunia oleh generasi-generasi setelahnya. Revolusi Peradaban yang dimulai dengan perintah membaca (iqra’):

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Rabb-mulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. [QS Al-’Alaq (96): 1-5]

Peradaban yang berlandaskan wahyu diawali dan dilandasi dengan:

  • Membaca (iqra, menghimpun informasi untuk memberikan penilaian dan perbaikan) kondisi, permasalahan sosial-budaya-politik masyarakat beserta geopolitik dan juga membaca alam semesta
  • Bukan sekadar membaca dan “apa saja dibaca”. Namun membaca dengan sudut pandang Sang Pencipta semesta alam (bi ismi Rabbika alladzi Khalaq).
  • Membaca untuk menyadari asal usul penciptaan manusia (khalaqo al-insaana min ‘alaq) dan tujuan penciptaan manusia (QS 51: 56, QS 2: 31)
  • Membaca agar menjadi mulia dengan bacaan yang mulia (Al-Qur’an al-Karim) dari Yang Maha Mulia (Al-Akram). Di mana kemuliaan diukur dari ketakwaan (QS 49: 13). Dan Al-Qur’an adalah petunjuk yang valid (tanpa keraguan) untuk meraih ketakwaan (QS 2: 2)
  • Membaca untuk mendapatkan pengajaran dan pengetahuan (ilmu) dari Yang Maha Mengetahui (Sang Penguasa Ilmu) (Al-‘Alim)
  • Belajar dan diajari dengan pena (al-qalam). Mengisyaratkan pentingnya kemampuan tulis-menulis sebagai alat merekam dan mentransmisikan serta mendistribusikan ilmu.

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Agus Ramadhan Harahap, Alumni Teknik Mesin ITB, Praktisi Pendidikan dan Teknologi.

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button