Sumayyah binti Khayyat: Syahidah Pertama dalam Sejarah Islam
Sumayyah binti Khayyat, atau yang biasa dipanggil Ummu Ammar (ibunya Ammar bin Yasir) lahir sekitar 550 M, dikenal sebagai syahidah pertama dalam sejarah Islam yang mempertahankan keislamannya dari siksaan kafir Quraisy di Makkah.
Pasalnya, waktu itu kafir Quraisy sangat membenci dan menentang ajaran Islam, sehingga orang-orang yang mau menerima ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Saw menjadi sasaran penyiksaan, salah satunya Sumayyah dan keluarganya (suami dan anaknya).
Istri dari Yasir (seorang pendatang dari Yaman) ini berasal dari kalangan hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin al-Mughirah, tidak memiliki perlindungan sosial yang kuat, karena miskin sehingga dengan mudahnya menjadi sasaran penyiksaan kafir Quraisy khususnya oleh Abu Jahal, seorang pemuka Quraisy yang sangat menentang Islam.
Kaum Quraisy melihat keluarga tersebut sebagai ancaman yang harus dihentikan. Mereka disiksa di tengah panas terik gurun Makkah dan menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas.
Kekejaman pun berlanjut, diletakkannya sebongkah batu besar, berat dan panas di atas dada Sumayyah. Namun hal itu tak membuat Sumayyah dan keluarganya goyah melepaskan keimanannya. Mereka tetap bersikukuh memantapkan iman dan dan keteguhan mereka hanya menyembah Allah yang Esa.
Saat kaum Quraisy menyiksa mereka, tak ada rintihan atau teriakkan kesakitan, yang ada hanyalah menganggungkan nama Allah SWT, “Ahad….Ahad….”
Ketika Rasulullah Saw melihat kondisi tersebut, dengan diliputi kesedihan menengadahkan tangannya ke langit dengan berdoa, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.”
Doa Rasulullah Saw itu menguatkan hati Sumayyah dan keluarganya. Mereka dengan sabar melewati berbagai siksaan demi surga yang dirindukan. Ketika Sumayyah mendengar doanya beliau, ia berkata, “Sesungguhnya aku telah melihatnya dengan jelas, wahai Rasul.”
Rasulullah Saw memang waktu itu hanya bisa mendoakan mereka, karena di awal dakwahnya itu masih belum memiliki kekuatan untuk melawan kekejaman kafir Quraisy yang semakin hari semakin ganas.
Penyiksaan terhadap Sumayyah pun semakin berat ketika ia secara terang-terangan menolak untuk meninggalkan Islam. Keberaniannya memegang teguh iman membuat Abu Jahal murka. Dia menyiksa Sumayyah dengan kejam, berharap ia menyerah, tetapi Sumayyah tetap teguh pada keyakinannya.
Puncak dari penyiksaan tersebut, ketika Abu Jahal menusuk Sumayyah dengan tombak hingga ia wafat (615 M). Dari peristiwa itu, Sumayyah menjadi wanita pertama yang gugur dalam membela Islam. Pengorbanannya menunjukkan betapa kuatnya iman yang ia miliki, bahkan lebih kuat dari ancaman kematian sekalipun.
Kisah Sumayyah mengajarkan pentingnya keteguhan dalam mempertahankan keyakinan, meskipun dihadapkan pada ancaman terbesar. Sumayyah adalah simbol keberanian dan ketabahan bagi umat Islam. Dengan pengorbanannya, Sumayyah menunjukkan iman sejati tidak dapat digoyahkan oleh siksaan atau kekerasan.
Hingga kini, nama Sumayyah dikenang sebagai pahlawan yang menjadi inspirasi bagi siapa saja yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan. Keberaniannya menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang masa. [dari berbagai sumber]
Siti Aisyah, S.Sos., Aktivis Muslimah