JEJAK SEJARAH

Sunatullah dalam Sejarah Islam: Bangkit, Jaya Lalu Runtuh

Sejarah memiliki arti yang sangat penting bagi manusia. Dalam studi-studi tentang sejarah, sering muncul pertanyaan mendasar seperti, “Mengapa kerajaan atau dinasti pada masa lalu gagal mempertahankan kekuasaannya?”

Pertanyaan ini kemudian berkembang menjadi, “Apakah ada kaitannya dengan keadaan zaman sekarang?”

Hal ini menunjukkan bahwa manusia sebenarnya belajar dari sejarahnya. Dengan bekal potensi akal dan hati, manusia berusaha memahami pelajaran dari masa lalu untuk mengambil hal-hal yang baik dan meninggalkan yang buruk. Potensi akal membantu manusia berpikir rasional, sementara potensi hati mengarahkan kepada nilai-nilai moral, sehingga ia selalu mencari kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.

Namun, terkadang manusia gagal mencapai nilai baik yang dituju itu. Alih-alih menghindari keburukan yang pernah terjadi sebelumnya, setelah belajar dari sejarah, ia justru mengulangi kasalahan yang sama, bahkan dalam bentuk yang lebih buruk.

Untuk menguatkan pernyataan ini, mari kita menelaah sejarah umat Islam. Dalam bukunya “Sejarah Peradaban Islam“, Yatim (2016) membagi sejarah peradaban Islam setelah wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad Saw menjadi tiga masa utama, yaitu Masa Kemajuan Islam (650-1000 M), Masa Disintegrasi (1000-1250 M), dan Masa Kemunduran (1250-1500 M).

Masa Kemajuan Islam dimulai dari masa kepemimpinan Sahabat Abu Bakar hingga Sahabat Ali bin Abi Thalib, yang dikenal sebagai masa Khilafah Rasyidah. Para pemimpin dalam periode ini dinamakan al-khulafa’ al-rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapatkan petunjuk) (Yatim, 2016, hlm. 42). Hal ini disebabkan karena dalam memimpin, mereka benar-benar mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Pada masa ini Islam mengalami banyak kemajuan, antara lain:

Pembentukan peradaban Islam. Para khalifah membentuk peradaban Islam, mengkonsolidasim dan merekonstruksi landasan politik bagi masyarakat Muslim (Junaidi Lubis, 2013).

Penumpasan kaum murtad. Ini dikenal dengan perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Peristiwa ini terjadi pada masa kepemimpinan Sahabat Abu Bakar, yaitu ketika suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Madinah (yang saat itu dipegang Sahabat Abu Bakar). Mereka beralasan bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Saw dengan sendirinya batal setelah beliau wafat. Maka, mereka menentang Sahabat Abu Bakar. Karena sikap mereka yang keras kepala itu, yang membahayakan agama dan pemerintahan, Sahabat Abu Bakar menyelesaikannya dengan perang Riddah untuk mengembalikan stabilitas dan persatuan umat Islam (Yatim, 2016, hlm. 16).

Penyusunan (Kodifikasi) Al-Qur’an. Pada masa kepemimpan Sahabat Utsman, Al-Qur’an dibukukan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan dalam bacaannya (Nurfajrina, t.t.).

Ekspansi wilayah kekhalifahan. Daerah seperti Mesir dan Irak dikuasai, dilindungi, dan dikembangkan oleh Islam (Nurfajrina, t.t.).

Pertumbuhan ilmu pengetahuan. Pada masa ini ilmu pengetahuan yang tumbuh masih berkisar pada ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits (Farrah Putri Affifah, t.t.).

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button