NUIM HIDAYAT

Surat Cinta untuk Mas Prabowo

Mas harus berani melakukan revolusi penggajian, menurunkan dengan drastis gaji-gaji mereka. Kalau tidak, jangan bermimpi negeri ini adil makmur. Negeri ini akan terus menjadi pesta pora pejabat dan isak tangis rakyat.

Mas Bowo, para pejabat tinggi itu harus dididik hidup sederhana. Bukan dididik dengan kemewahan dan gaya hidup yang hedonis. Kemewahan dan kesederhanaan adalah kebiasaan. Bila mereka biasa hidup mewah, maka mereka biasanya menjadi hedonis dan tidak peka terhadap kehidupan rakyat. Yang ada difikiran mereka adalah bagaimana selalu naik gaji (meski gaji sudah besar) dan bagaimana membeli barang-berang mewah. Padahal kemewahan itu sebenarnya memberikan pendidikan yang buruk kepada keluarga dan anak-anaknya.

Mas sebagai pemimpin harus berani mengadakan revolusi perubahan gaya hidup ini. Bila tidak, jumlah orang miskin di tanah air tidak akan berkurang. Menurut BPS memang jumlah orang 23 juta, tapi menurut Bank Dunia jumlah orang miskin lebih dari 100 juta. Jumlah 23 juta pun sebenarnya tidak kecil. Apakah adil para pejabat menikmati gaji di atas 100 juta sementara jumlah rakyat yang miskin masih puluhan juta? Apakah adil? Renungkan mas Bowo.

Mas Bowo, bila mas pelajari gaya hidup para founding fathers kita maka mereka adalah tokoh-tokoh yang berani hidup sederhana. Agus Salim, Natsir, Tjokroaminoto, Sjafruddin Prawiranegara dan lain-lain. Mereka berprinsip memimpin itu menderita. Leiden is lijden. Memimpin itu pengabdian, pelayanan. Pemimpin itu mendulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi atau keluarganya. Begitulah mereka memberi teladan.

Tapi para pejabat sekarang lain. Mereka berprinsip memimpin itu Bahagia. Memimpin itu kesempatan untuk menjadi kaya raya. Di ‘kalangan para aktivis’ beredar kata-kata, DPR itu kerja minimal gaji maksimal. Para buruh itu kerja maksimal, gaji minimal.

Bila ingin kaya raya, janganlah jadi pejabat negara. Jadilah swasta. Jadilah orang-orang yang gajinya ditentukan perusahaan atau diri sendiri, bukan diambil dari pajak rakyat.

Pejabat negara adalah gajinya diambil dari keringat rakyat. Ia tidak boleh memperkaya diri sendiri, sementara jutaan rakyat dalam kemiskinan. Menteri Keuangan harusnya membagi adil kekayaan negara ini kepada semua rakyat. Bukan membagi jatah besarnya kepada para pejabat, sedangkan rakyat hanya memperoleh jatah sisanya yang sangat kecil.

Mas Bowo, dalam sejarah peradaban Islam, dua pemimpin yang dianggap sukses membawa negara kepada kemakmuran adalah Umar Bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Mengapa keduanya sukses? Karena pemimpin dan para pejabatnya hidupnya sederhana. Gaya hidup para pemimpin yang sederhana ini menjadikan rakyatnya mau menyumbangkan infak (pajak) untuk negara. Gaya hidup pejabat yang bermewah-mewah itu tentu saja menjadikan rakyat malas untuk membayar pajak kepada negara.

Ciri negara yang makmur, adalah para pejabatnya hidup sederhana dan kas negara berlimpah. Sedangkan ciri negara yang gagal adalah para pejabatnya hidup bemewah-mewah, kas negaranya kosong bahkan hutang.

Itulah mas Bowo surat dari saya. Surat ini akan saya muat akan saya unggah di website dan medsos. Semoga mas membaca dan merenungkannya. Saatnyalah mas membawa perubahan untuk bangsa ini dan memberikan keteladanan.

Saya sebagai rakyat hanya berdoa. Semoga para pemimpin bangsa ini sadar, bahwa jabatan itu adalah Amanah. Amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan Allah di hari Akhir nanti. Kita semua akan meninggal, dan akan kembali kepada Allah Yang Maha Mencipta.

Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah Maha Adil. Allah Maha Mengetahui yang dilakukan hamba-hambaNya. Wallahu alimun hakim.[]

Depok, 2 September 2025

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button