Suswono Vivere Pericoloso
Seolah tak belajar dari kasus yang menjerat Ahok, tujuh tahun lalu, kali ini giliran Suswono yang bermain vivere pericoloso.
Calon Wakil Gubernur Jakarta dari PKS yang berpasangan dengan Ridwan Kamil sebagai Gubernur nomor urut 1 tersebut berkelakar dalam pidatonya di acara deklarasi ormas Bang Japar, Sabtu 26 Oktober 2024 kemarin.
Dalam kelakarnya, Suswono menyarankan agar janda kaya menikahi pemuda pengangguran. Ia menggunakan contoh Ummul Mukminin: Khadijah binti Khuwailid yang seorang janda kaya raya (dalam redaksinya Suswono menyebutnya konglomerat) berumur 40 tahun, menikah dengan Nabi Muhammad Saw yang kala itu masih 25 tahun, belum menjadi Nabi, sebagai analogi atau contoh kasus dari kelakarnya.
Kontan ucapan mantan Menteri Pertanian di era Presiden SBY periode ke-2 itu memantik reaksi publik, terutama di media sosial. Perang opini pun terjadi: saling tuding dan saling bantah. Antara pendukung vs yang tersinggung atas ucapan Suswono.
Ramai sekali sosial media terkait Suswono dalam seminggu ini. Broadcast terkait tudingan maupun bantahan membela Suswono pun ramai bertebaran di grup-grup WhatsApp (WAG).
Saya pikir polemik tentang ucapan Suswono hanya ramai di sosial media atau WAG saja. Dan, akan berhenti setelah Senin kemarin, 29 Oktober, melalui video, Suswono meminta maaf dan mencabut pernyataannya.
Ternyata tidak. Obrolan tentang Suswono juga terjadi di teras masjid, seusai shalat fardlu, antarjamaah. Meski tak sesengit di sosial media. Lebih terkesan adem, hanya obrolan biasa, namun itu menggambarkan betapa blunder Suswono telah menjadi perhatian umat muslim.
Dalam pemberitaan tempo.co yang saya baca kemarin, Rabu, 30 Oktober 2024, GP Ansor DKI Jakarta rencananya hendak melaporkan Suswono terkait pernyataannya di acara Bang Japar itu. Dan, ormas Betawi Bangkit sudah menyampaikan laporannya ke polisi, yang kemudian pihak kepolisian mengarahkan laporan tersebut ke Bawaslu.
Bawaslu telah menerbitkan formulir laporan bernomor 012/PL/PG/Prov/12.00/X/2024 dengan identitas pelapor David Darmawan, Ketua Umum Ormas Betawi Bangkit, dan Suswono berstatus sebagai pihak terlapor.
Entah apa yang akan terjadi ke depannya. Yang jelas, saat ini, Suswono telah menginjak ranjau. Yang jika gegabah menanggapi, setiap saat bisa meledakkannya. Bukan tidak mungkin, akibat terlalu berani nyerempet bahaya, nasibnya dalam Pilkada akan seperti pasangan Ahok-Djarot: terjungkal suaranya dan kalah dalam Pilkada.
Meskipun, saat ini, pasangan Ridwan Kamil-Suswono lah yang mengantongi restu dari Istana dan didukung penuh koalisi gemuk partai-partai pendukung pemerintah. Sama dengan Ahok-Djarot kala itu.
Mungkin, di kalangan Suswono, kelakar tentang janda itu adalah hal yang biasa, lumrah. Seperti halnya kita akhirnya mengenal istilah “pustun’ saat ramainya kasus impor daging sapi yang menjerat Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah tahun 2013.