Syakur dan Tim Jokowi
Beberapa hari ini di grup-grup WA ramai membahas tentang ceramah Buya Syakur di kepolisian. Banyak tokoh-tokoh Islam yang menyayangkannya. Ceramah Syakur, bila dicermati, adalah khas ceramah tokoh-tokoh Islam Liberal di Indonesia.
Apa hubungan Syakur dengan tim Jokowi? Secara langsung mungkin tidak ada. Tapi secara pemikiran ada. Isi ceramah Syakur yang intinya pluralisme agama adalah agenda pemerintahan Jokowi yang dibungkus dengan nama program anti radikalisme.
Maka jangan heran, muncul ceramah model Syakur. Muncul pernyataan Letjen Dudung tentang semua agama sama. Muncul pernyataan Menteri Agama agar ada doa bersama semua agama di Kemenag dan lain-lain. Diangkatnya Yaqut Qoumas dan Nadiem Makarim adalah untuk menyukseskan program pluralisme agama ini.
Maka jangan heran akan muncul lagi keanehan-keanehan, baik di kementerian, polisi/tentara maupun dari Istana. Penulis pernah dengar langsung ceramah dari salah satu kementerian Jokowi di Depok, yang mengampanyekan program pluralisme agama.
Baca juga: Tanggapi Ceramah Nyleneh Buya Syakur di Mabes Polri, Habib Abu Bakar Assegaf: Sesepuhnya Liberal!
Tapi umat Islam tidak perlu risau. Meski pemerintah punya agenda program itu, kaum muslimin masih mempunyai ribuan masjid dan sekolah untuk menangkal program itu. Guru-guru, dai-dai dan para kiai masih banyak yang berpegang pada fatwa MUI bahwa pluralisme agama adalah haram.
Ajaran yang menyatakan bahwa semua agama sama atau semua agama dijamin masuk surga, adalah ajaran baru untuk meruntuhkan keyakinan kaum Muslimin di tanah air. Ajaran ini sebenarnya bersumber dari pemikir-pemikir Barat yang sebenarnya tidak mengenal Al-Qur’an dan sejarah perjuangan Rasulullah. Sayangnya kini banyak tokoh di Indonesia yang mengikutinya dan ikut mengampanyekannya.
Mereka yang terkena virus pluralisme agama, menjadi hilang kebanggaannya menjadi muslim. Hilang semangatnya membela Islam. Dan secara sadar atau tidak sadar menjadi pembebek agenda kaum lain. Ia selamanya menjadi pak turut dan tidak akan menjadi pemimpin. Apalagi menjadi pemimpin Islam.
Karena hilang semangatnya membela kemuliaan Islam, jangan heran mereka yang terjangkit virus ini kemudian menjadi rakus dunia (jabatan). Ia akan bangga menjadi pembela umat lain dan tidak merasa salah menyerang Islam atau umat Islam sendiri.
Persis seperti yang dikatakan penyair Muhammad Iqbal: