Syekh Yusuf Al-Qaradhawi, Sang Pelita Umat
- Jamaah Ikhwan telah berhasil memperluas cakrawala pemahaman kami terhadap Islam secara komprehensif. Seperti yang diajarkan Allah dalam kitabNya, didakwahkan oleh para RasulNya serta seperti yang difahami oleh para sahabatnya. Yaitu bahwa Islam adalah agama dan dunia, dakwah dan negara, akidah dan syariah, ibadah dan kepemimpinan, Al-Qur’an dan pedang.
- Dengan bergabung bersama Ikhwanul Muslimin, kami dapat memenuhi seluruh kewajiban bersama untuk membela Islam. Membela dengan perkataan, perbuatan, dakwah dan mengerahkan seluruh kemampuan hingga dapat terwujud sebuah kepemimpinan Islam, menerapkan Islam pada seluruh dimensi kehidupan, serta menghadapi aliran pemikiran yang memusuhi Islam dan membangun peradaban umat yang tidak bisa dikerjakan secara individual.
- Dengan bergabung bersama Ikhwan, kami berubah dari sebuah penceramah agama di kampung atau beberapa kampung yang saling berdekatan, menjadi seorang dai Islami (juru dakwah). Dimana kami tidak lagi hanya berupaya membina komitmen beragama per individu dalam jiwa setiap Muslim kendati hal ini sangat perlu. Tetapi lebih dari itu kami berusaha menggelorakan kesadaran berislam secara menyeluruh. Sebuah kesadaran yang membangkitkan akal, menghidupkan hati dan membangkitkan bangsa-bangsa Muslim.
- Berkat bergabung bersama Ikhwan, kami beralih dari memikirkan persoalan-persoalan kecil menjadi memikirkan persoalan-persoalan besar. Dari memikirkan persoalan-persoalan pribadi menjadi pemikiran mengenai cita-cita besar umat. Sebelum bergabung dengan Ikhwan, pemikiran kami hanya berkisar seputar: bagaimana studi agar sukses, mendapat pekerjan layak, menikah dan memiliki masa depan cerah. Setelah bergabung dengan Ikhwan, keinginan kami berubah menjadi lebih besar dan lebih dalam dari sekedar meraih kesuksesan pribadi dan kecerahan masa depan sendiri. Saat seluruh negara-negara Arab dan dunia Islam dari cengkeraman penjajah asing. Kami pun bercita-cita menolak setiap pemikiran, sistem dan undang-undang yang berasal dari luar. Kami bertekad menggantikannya dengan pemikiran, sistem dan hukum Islam.
- Manfaat lain dari dakwah jamaah yang kami lakukan bersama Ikhwan adalah dapat menghindarkan diri dari sistem pendidikan yang membedakan pendidikan agama dan umum.
Selain memberikan pujian kepada Ikhwanul Muslimin, ia juga memberikan masukan-masukan yang berharga bagi perkembangan gerakan Ikhwan di masa depan.
Dalam biografinya ini Syekh Yusuf juga menuliskan pengalamannya di penjara saat bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
“Saya tiba di penjara militer pada sore hari ketika Ustadz Al Hudaibi dan enam saudaranya dijatuhi hukuman mati. Mereka adalah Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Ibrahim at Thayib, Yusuf Thal’at, Hindawi Duwair dan Mahmud Abdul Latif. Mereka dipindahkan dari penjara militer ke penjara lain…”
Di bawah diktator Jamal Abdul Nasir memang Ikhwan mengalami penderitaan yang ‘mengerikan’. Ribuan aktivisnya ditangkap dan disiksa dengan siksaan yang mengerikan. Tokoh-tokohnya juga banyak yang dihukum mati (syahid).
Dalam biografinya ini, Syekh Yusuf Qaradhawi juga mengisahkan tentang kunjungannya ke Indonesia. Ia menulis, ”Yang menyambut kami di bandara adalah seorang tokoh Muslim besar Dr Muhammad Natsir rahimahullah, mantan Perdana Menteri Indonesia dan mantan Ketua Partai Masyumi. Dia juga salah seorang tokoh pelaku jihad dan dakwah, yang bersama sejumlah saudaranya dan murid-muridnya mengabdikan diri untuk aktivitas dakwah dan berdiri menghadapi arus Kristenisasi dan membendung program-program liciknya, dengan rencana yang sebanding pada tingkat pemikiran dan kesadaran, meskipun tidak menyamai gerakan Kristenisasi dalam kemampuan finansial yang sangat besar.
Dr Natsir mendirikan Dewan Da’wah Islamiyah untuk menghidupkan kembali keimanan pada jiwa-jiwa masyarakat di Jawa, Sumatera dan pulau-pulau lainnya, serta melaksanakan kesadaran Islam yang komprehensif dan pendidikan Islam yang terarah, agar umat Islam memiliki kekebalan yang melindungi mereka dari pengaruh Kristenisasi yang destruktif, yang ingin menghapus jati diri dan identitas Islam.
Dengan kemampuan terbatas yang tidak bernilai apa-apa dibandingkan dengan apa yang dimiliki pasukan Kristen, Dr Natsir dan orang-orangnya mampu bertahan menghadapi badai, dan membuat para penyerang merasa bahwa benteng-benteng umat Islam tidak dapat ditembus dan tidak mudah jatuh. Mereka mendirikan sebanyak mungkin lembaga dakwah Islam, pendidikan dan profesi, dan semua it uterus berkembang berkat karunia Allah.
Kami bertemu dengan orang-orang para dai, menguatkan semangat mereka dan berjanji untuk memberikan bantuan finansial dan moral yang bisa kami berikan. Kami berkata, ”Ya Allah, Indonesia menjadi jajahan Belanda, padahal Indonesia jumlah penduduknya lebih dari lima puluh juta, sedangkan Belanda hanya sekitar lima juta.”
Tetapi itulah yang terjadi pada kaum Muslimin, sampai negara-negara mereka pada suatu waktu berada di bawah cengkeraman kolonialisme Barat atau Timur dan hanya Arab Saudi dan Yaman yang lolos dari kolonialisme.
Islam –seperti biasanya- menjadi penggerak pertama bagi semua negara Islam untuk melawan kolonialisme. Sebagaimana diketahui oleh setiap Muslim bahwa agama ini membebankan kepada anak-anaknya suatu fardhu ain untuk berjuang bersama para mujahid untuk memerangi penjajahan sampai mereka mengusirnya dari negeri Islam dan bahwa siapapun yang gugur dalam pertempuran ini adalah syahid yang hidup di sisi Allah.