Syukur dengan Hati, Lisan dan Badan
Imam Ibnu Rajab berkata, “Syukur itu dengan hati, lisan dan anggota badan”.
Syukur dengan hati adalah mengakui nikmat tersebut dari Yang memberi nikmat, berasal dariNya dan atas keutamaan-Nya.
Syukur dengan lisan yaitu selalu memuji Yang Memberi nikmat, menyebut nikmat itu, mengulang-ulangnya serta menampakkan nikmat tersebut, Allah Swt berfirman, artinya,“Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutNya (dengan bersyukur)”. (QS. 93:11)
Syukur dengan anggota badan yaitu tidak menggunakan nikmat tersebut, kecuali dalam rangka ketaatan kepada Allah s.w.t., berwaspada dari menggunakan nikmat untuk kemaksiatan kepada-Nya.
Setelah kita tahu hakikat dan jenis-jenis syukur, maka marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita telah bersyukur dengan benar, apakah kita telah sejujurnya mencintai Allah, telah tunduk dan mengakui nikmat dan keutamaan yang diberikan Allah?
Apakah kita telah benar-benar memuji Allah, adakah kesyukuran itu telah mempengaruhi hati kita, lisan kita dan seluruh tindak tanduk, akhlak dan pergaulan kita?
Bahagia belum tentu tersimpan di istana yang megah. Bahagia pada sepasang kekasih tentu ada pasang surutnya. Di manakah bahagia? Pada keluasan ilmu, rezeki dan pangkat, atau duduk bercengkerama dengan isteri dan anak-anak?
Ternyata itu semua boleh juga menggoncang perasaan, memerah otak jadi lemah, badan kering dan layu, sakit di hati yang susah mengobatinya. Selami dasar hati anda, percayalah bahwa sesungguhnya bahagia itu ada pada sifat ridho.
Ia bagaikan obat yang menyejukkan orang yang demam. Seperti rimbunan pohon di tengah panas yang terik, umpama hembusan angin yang sepoi-sepoi bahasa penyejuk hati yang luka.
Sesungguhnya apa-apa yang datang kepada kita adalah baik, karena Allah SWT lebih mengetahui apa yang ‘sesuai’ untuk kita. Dia yang memilih, yang Maha sempurna aturan-Nya, yang suci dari cacat cela atas segala ketentuanNya.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia