Syukuran 64 Tahun HM Aru Syeiff Assad: Wartawan Dua Zaman, Sahabat dari Sejumlah Ulama dan Tokoh Negeri
Jakarta (SI Online) – Genap berusia 64 tahun Sabtu (19 Mei 2018), Pimpinan Redaksi Suara Islam, HM. Aru Sjeiff Assad mengungkapkan rasa syukur dengan menggelar acara berbuka bersama di rumahnya Jalan H. Syukur No 45, samping Madrasah Aliyah Negeri 13, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Terlihat hadir pada kesempatan itu, sejumlah ulama dan tokoh Nasional yang sejak lama memang bersahabat dengan HM. Aru Sjeiff Assad. Paling awal hadir sekira Pk 15.30 adalah. Dr. H. Fadli Zon, M.Sc. Wakil Ketua DPR RI yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. Setengah jam beramah tamah dengan H.M. Aru serta sejumlah tamu lain yang sudah hadir, kemudian berpamitan segera menuju Hambalang untuk mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra H. Prabowo Subianto dalam acara berbuka bersama.
Hadir kemudian KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, Pimpinan Perguruan Islam As-Syafi’iyah, Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. Kemudian disusul kehadiran KH. A.Cholil Ridwan, Lc., mantan Ketua MUI Puat dan Pimpinan Pondok Pesantren Husnayain Pekayon, Jakarta Timur—-yang tercatat sebagai salah satu Pondok Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo, karena pendirinya KH. A. Cholil Ridwan adalah alumni Pondok Gontor.
Tokoh dan sahabat berikutnya yang menyusul hadir adalah Ustaz H. Muhammad Al Khathathat, Kornas Gerakan Indonesia Shalat Subuh Berjamaah (GISS). Kemudian disusul kehadiran HR. Muhammad Syafi’i, anggota DPR RI Komisi III yang membidangi Hukum dan HAM. Terpilih sebagai anggota DPR RI 2014-2019 dari Partai Gerindra mewakili Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1. Karib disapa dengan Romo Syafi’i. Kehadirannya menjadi menarik, karena di DPR tercatat pua sebagai Ketua Pansus RUU Terorisme; Pada kesempatan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan berkaitan dengan terorisme yang belakangan mengemuka.
Sejumlah tokoh lain, diantaranya Gubernur Anies Baswedan yang tidak dapat hadir, langsung menelepon karena saat ini tengah menjemput anaknya dari India. Sedang Ustaz Alfian Tanjung yang sedang berada dalam tahanan, mengirimkan pesan melalui jejaring WhatsApp (WA): “Aru Sjeif Assadullah, wartawan dua zaman. Seorang Wartawan Ideologis dan Guru Perjuangan,“ tulisnya memuji.
Alfian Tanjung melanjutkan tulisannya: “Bang Aru kesannya angker, tetapi dia sangat empati dengan kemunculan yuniornya seperti; Fadli Zon, Alfian Tanjung, Muhammad Al-Khathath dan masih banyak lagi. Pernah menjadi ajudan Pak Natsir Allahuyarham dan menjadi kawan seiring Ahmad Sumargono Allahuyarham. Bang Aru merupakan sahabat banyak kalangan diantaranya Jenderal Sjafrie Sjamsuddin dan KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i. Semoga Bang Aru masih mendapat kesempatan menghadiri sahabatnya dilantik menjadi Presiden.”
Sementara itu, acara tasyakuran dan berbuka bersama tidak juga dimulai. Sejumlah sahabat yang sudah hadir hanya sibuk melihat foto-foto ukuran besar (16 R). KH. A. Cholil Ridwan menyela; “Ini pada melihat foto-foto melulu, ukurannya foto besar-besar lagi. Kan lebih baik acara segera dimulai diisi tausiyah begitu, dan lagi waktunya juga semakin mendekati saat berbuka,” katanya dengan menambah sekarang dibagi saja, urutan yang bericara.
Ceramah Diinterupsi
Zulfi Syukur, sahabat HM. Aru sejak di Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jalan Kramat Raya, serasa spontan saja segera meraih mikropon untuk membuka acara. Mendapat kesempatan berbicara pertama adalah KH.A. Cholil Ridwan. Cukup menarik, karena mengupas tentang umur yang pada hakekatnya bukan bulan dan tahun, melainkan terkait dengan detik yang lebih detail. “Berumur 64 tahun, sekian bulan, sekian hari, sekian jam dan sekian detik. Sudah berada pada bilangan ratusan ribu atau bahkan juta-an detik dalam jumlah umur kita itu,” ungkapnya.
Di tengah tausiyahnya dan disimak dengan serius oleh segenap yang hadir, HM Aru yang duduk peris di belakangannya KH. A. Cholil Ridwan, mendekat dan membisikkan sesuatu. “Ini lhoh, ceramah kok diinterupsi,” selorohnya yang sangat tidak diduga oleh HM. Aru dan memancing gelak tawa segenap yang hadir. Suasana selanjutnya berubah, menjadi demikian cair, pembicaraan menjadi dipenuhi dengan canda dan gelak tawa. Termasuk ketika H. Syuhada Bachri, mantan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang saat itu baru hadir disergah agar langsung duduk. “Sudah langsung duduk saja, nggak usah salaman memutar, nanti acara ini bisa buyar,” candanya.
HR. Muhammad Syafi’i mendapat giliran kedua berbicara, yang sangat diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang teroris, terutama tentang RUU Terorisme yang sudah setahun tidak juga berhasil menjadi Undang- Undang. Mengawali bericara layaknya memperkenalkan diri, dengan mengungkap berasal dari sebuah lingkungan di Kota Medan—-berada di tengah-tengah masyarakat yang seratus persen tidak seiman.
“Lingkungan kami tinggal, seratus persen Nasrani. Tetapi kami dapat hidup dengan tenteram. Megapa kehidupan bermasyarakat kini menjadi berubah—–layaknya ada sebuah kekuatan yang datang dari (x) telah membenturkan satu keyakinan dengan keyakinan yang lain,” ungkapnya.
Seperti yang diharapkan sebelumnya, Romo Syafi’i selanjutnya menjelaskan tentang teroris dengan lebih detail, mulai dari mana mereka tumbuh dan berasal. “Ada Al Qaeda. Itu bentukan Amerika untuk mengalahkan kekuatan Rusia/Uni Soviet di Afghanistan. Setelah Rusia/Uni Soviet bisa dikalahkan; Al Qaeda ini menjadi sebuah kekuatan yang sangat menakutkan, dan dipertimbangkan mesti segera dihancurkan,” ungkapnya.
Dalam Al Qaeda, banyak mujahid-mujahid yang bergaung dari sejumlah Negara. “Setelah Al Qaeda dapat dilemahkan, mereka kemudian dipulangkan ke Negara asalnya dengan sebutan sebagai teroris. Mereka belum berangkat pulang atau sedang di perjalanan, namun nama-nama mereka sudah lebih dulu diterima oleh Negara asalnya,” kata Romo Syafi’i.
Demikian juga dengan ISIS. Itu bentukan Amerika. Setelah misinya selesai, ISIS menjadi sangat menakutkan. Orang-orang yang pernah tergabung dengan ISIS dipulangkan ke Negara asal. Nama-nama mereka sudah lebih dulu diterima Negara asalnya dengan sebutan sebagai teroris.
“Identitas mereka semua sudah diketahui. Termasuk mereka yang membezuk para tahanan teroris maupun narapinada teroris di rumah-rumah tahanan dan penjara. Para pembezuk ini, tidak menyadari jika telah terekam kamera,” ungkapnya.
Romo Syafi’i sempat menghentikan penjelasannya, ketika dengan tiba-tiba HM. Aru menyela. “Bagaimana ini, ada interupsi juga untuk ceramah saya…..” katanya yang langsung memancing gelak tawa segenap yang hadir. Kendati demikian, interupsi tersebut dijawab dengan menyebut yang dimaksud memang sedang dijelaskan.
Zulfi Syukur kemudian memberikan kesempatan berbicara kepada Ustaz Muhammad Al-Khaththath—-yang sempat selama lebih tiga bulan ditahan dengan dugaan hendak memuat persekutuan untuk berbuat makar. Diungkapkan, kini lebih bergiat pada Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS). Itupun, disadari sepak-terjangnya masih sangat diawasi. Dan seperti biasa setiap berbicara dalam berbagai kesempatan, senantiasa mengajak segenap yang hadir untuk menutup dengan bertakbir tiga kali.
KH. Syuhada Bachri, mantan Ketua Umum DDII mendapat kesempatan berbicara dengan waktu yang sudah sangat mepet dengan saat berbuka. Demikian pula dengan KH. A. Rasyid Abdullah Syafi’i, yang pada akhirnya menutup dengan berdoa, sekaligus sebagai doa untuk berbuka puasa.
Rep: Muhammad Halwan