QUR'AN-HADITS

Tafsir Surah Maryam Ayat 23: Kesakitan Melahirkan dalam Perspektif Islam

Melahirkan adalah peristiwa agung yang sarat akan makna, baik dari segi biologis maupun spiritual. Dalam ilmu kedokteran, melahirkan merupakan proses fisiologis yang melibatkan kontraksi rahim dan mekanisme kompleks tubuh wanita. Namun, dalam Islam, melahirkan juga dipandang sebagai pengorbanan besar yang mengandung nilai ibadah.

Gambaran paling menyentuh tentang proses melahirkan terdapat dalam QS. Maryam ayat 23 ketika Sayyidah Maryam mengalami sakit persalinan dalam kesendirian. Ayat ini tidak hanya mengungkap penderitaan fisik, tetapi juga tekanan mental dan spiritual yang dialami oleh seorang ibu.

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

“Rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma. Dia (Maryam) berkata, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan (selama-lamanya).” (QS. Maryam (19): 23)

Sayyid Quthb dalam Tafsir Fii Zhilalil Qur’an (jilid 7, 363) menafsirkan penggalan ayat di atas tidak diceritakan bagaimana keadaan proses kehamilan Maryam dan berapa lama usia kandungan Maryam. Apakah kandungan Maryam sama dengan kandungan yang dialami oleh perempuan pada umumnya, yang ditiupkan roh kedalam rahim lalu mengirimkan kehidupan di dalam sel telur? Kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah), mudghah (segumpal daging dan tulang). Kemudian tulang itu membungkus daging selanjutnya terbentuk sempurnalah wujud seorang janin setelah beberapa hari.

Dalam ilmu kedokteran sel telur wanita mulai bekerja aktif dan berkembang setelah pembuahan sampai berumur 9 bulan. Saat itu tiupan roh dianggap telah melaksanakan peran pembuahan yang membuat sel telur berjalan sebagaimana semestinya. Masa kehamilan normal berlangsung selama 40 minggu atau sekitar 280 hari, yang dihitung dari HPHT (hari pertama haid terakhir) meskipun pembuahan sebenarnya terjadi sekitar dua minggu setelahnya. Kehamilan dikategorikan sebagai cukup bulan (aterm) apabila berlangsung antara 37 hingga 42 minggu. (tanya jawab halodoc)

Maryam dihadapkan dengan ujian rasa sakit fisik disamping ujian mental. Maryam menghadapi sakitnya saat-saat melahirkan yang memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma dan mendesaknya segera untuk menyandarkan diri pada pohon kurma. Saat itu Maryam dalam keadaan seorang diri. Penggambaran tentang kebingungan seorang perempuan pada detik-detik melahirkan. Tidak tahu apa-apa dan tidak ada seorang pun yang menolongnya. Dan Maryam berucap: “aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.”

Maryam berangan-angan andai saja ia menjadi manusia yang biasa saja yang tidak berarti. Rasa sakit ketika melahirkan adalah itu sebagian rasa sakit yang di ambil dari darah hai. Maryam membuang jauh-jauh rasa sakit dan melupakannya. (Tafsir Fii Zhilalil Qur’an (Jilid 7, 363)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir (Jilid 5, 323) dijelaskan, rasa sakit ketika akan melahirkan anak membuat ia (Maryam) bersandar pada panggal pohon kurma ditempat pengasingannya. Ibnu katsir juga menjelaskan dibolehkannya mengharapkan kematian saat terjadinya fitnah. Karena Maryam mengetahui bahwa ia akan diuji dengan kelahiran anak yang yang dikandungnya tanpa seorang pigur suami. Dan pasti mereka tidak akan membenarkan cerita yang disampaikannya. Setelah dahulunya ia seorang yang ahli ibadah, kini menurut pandagan mereka ia adalah seorang pelacur dan pezina. Maka Maryam pun berucap seadainya ia tidak menjadi seseorag yang dikenal oleh masyarat pada zaman itu dan tidak diketaui identitasnya maka ia tidak akan mendapatkan ujian yang berat.

Pendapat yang sama dijelaskan juga oleh Wahbah Az-Zuhaili (Jilid 8, 354). Rasa sakit akan melahirkan dan rasa sakit akan kontraksi memaksa Maryam untuk bersandar dan berpegangan pada pohon kurma untuk memudahkannya dalam proses melahirkan. Lalu Maryam pun berandai-andai untuk mati sebelum terjadi hal itu karena malu kepada masyarakat dan juga karena rasa takut jika mereka mengangap dirinya sebagai orang yang buruk dalam Agama. Dan Maryam juga berangan-angan menjadi manusia yang tidak diciptakan, diindahkan oleh Allah SWT. Seandainya ia hanya menjadi manusia biasa mungkin ia tidak akan diuji dengan cobaan memiliki anak tanpa ada seorang laki-laki yang menyentuhnya.

Kontraksi pada perutnya karena hendak melahirkan mengahantarkan Maryam kepada pangkal pohon kurma untuk bersandar karena pada saat itu tidak orang lain selain dirinya. Dan Maryam bergumam seandainya saja aku ini tidak ada dan tidak diciptakan, karena aku malu hamil tidak ada seorang suami, pasti aku akan dituduh macam-macam oleh mereka. (Quraish Shihab, Jilid 8, 168)

Sakit melahirkan perspektif Al-Qur’an dan penafsiran para ulama bukanlah sekedar persoalan sakit fisik semata seperti kontraksi dan rasa nyeri. Lebih dari itu, pengalaman melahirkan juga memuat dimensi psikologis dan sosial yang sangat kompleks, terlebih bagi seorang wanita yang sedang menjalani ujian besar seperti Maryam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button