SUARA PEMBACA

Tagar #KaburAjaDulu: Keresahan Menjangkiti Generasi

Orang bijak berkata “tetaplah tenang meskipun dunia terasa berat.” Akan tetapi, pada realitasnya menghadapi persoalan hidup yang berat butuh pula tindakan yang nyata. Seringkali tindakan tersebut memang tidak dilandasi dengan tenangnya pikiran maupun hati. Tetapi lebih terdorong karena kebutuhan hidup yang mendesak untuk dipenuhi. Begitulah dilematis kehidupan saat ini.

Ramai tagar #KaburAjaDulu

Belakangan ini media sosial, khusus platform X, diramaikan dengan tagar #KaburAjaDulu. Dari berbagai keluhan netizen X, mereka memperlihatkan kekecewaan masyarakat atas berbagai kebijakan pemerintah. Baik dalam hal ekonomi, sosial, keamanan, politik, dan sebagainya. Sebagai manusia hal-hal tersebut jelas merupakan perkara fundamental. Terlebih masalah ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Tiga hal tersebut menjadi permasalahan krusial dalam kehidupan. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka akan membuat kehidupan tidak berjalan dengan baik. Inilah faktor yang membuat viral tagar #KaburAjaDulu.

Tagar ini semakin meluas setelah cuitan seorang mantan kepala desa di media sosial X. Dia memilih tidak memperpanjang masa jabatannya sebagai kades karena lebih memilih merantau ke luar negeri sebagai pekerja migran Indonesia. Dari cuitannya, banyak netizen yang mengaku ingin mengikuti langkahnya. Kehidupan di negeri ini menurut mereka sangat menghimpit (gelora.co, 13/02/2025).

Keresahan yang membahayakan

Saat tagar #KaburAjaDulu menyeruak di media sosial X, tentu tidak dianggap remeh. Pasalnya ternyata tercatat lebih dari 100.000 orang yang mengikuti acara Study and Work Abroad Festival Juli-Agustus 2024. Acara tersebut memberi informasi beasiswa ke luar negeri. Sementara data Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham sendiri menunjukkan setidaknya 3.912 dalam rentang usia 25-35 tahun lebih memilih menjadi warga negara Singapura pada 2019 hingga 2022 (gelora.co, 13/02/2025).

Data tersebut menjadi sinyal keresahan yang membahayakan negara. Seruan atau ajakan untuk berbondong-bondong keluar negeri demi kehidupan yang lebih baik, bisa jadi menunjukkan adanya brain drain. Fenomena ini tentu berbahaya, karena Indonesia akan kehilangan orang-orang yang berprestasi. Mereka lebih memilih bekerja di luar negeri, karena kehidupan yang baik tidak mereka dapatkan di negeri ini. Hal ini seringkali terjadi di negara-negara berkembang.

Hadirnya fenomena ini tidak lepas dari kesenjangan ekonomi yang semakin melebar. Dengan sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di hampir seluruh negara di dunia, bisa dipastikan terjadi pengaruh yang kuat atas ketidakadilan ekonomi dan politik. Inilah yang membuat negara maju mampu mengeksploitasi sumber daya alam di negara-negara berkembang.

SDA yang seharusnya menjadi pos utama pendapatan negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, secara otomatis hilang. Akibatnya masyarakat hidup dalam kesempitan. Fasilitas pendidikan yang kurang dan tidak merata masih dirasakan masyarakat hingga kini. Begitu pula dengan fasilitas kesehatan yang masih sulit dijangkau masyarakat. Seringkali pasien harus mengantre berjam-jam untuk mendapat pemeriksaan. Bahkan terpaksa pulang kembali karena kuota pasien telah habis.

Tidak selesai sampai di sana. Masyarakat pun dibuat sakit kepala dengan ketersediaan lapangan kerja yang minimalis. Sementara, PHK sering terjadi di mana-mana. Maka, tidak heran jika mereka yang mempunyai bakat lebih memilih bekerja di luar negeri. Dalam hal ini negara maju yang mengalami defisit generasi menjadi diuntungkan. Begitulah jahatnya sistem kapitalisme.

Islam Memberi Solusi

Islam senantiasa menjawab permasalahan masyarakat. Termasuk permasalahan pemenuhan hak-hak masyarakat. Syariah Islam mempunyai aturan yang tegas terhadap kepemilikan sumber daya alam. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “Manusia berserikat dalam tiga hal yakni air, rumput, dan api.” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).

Hadits tersebut mengindikasikan bahwa sumber daya alam merupakan milik umum, sehingga haram dimiliki atau dikelola individu maupun kelompok. Apalagi dikuasai korporasi asing.

Sumber daya alam menurut syariah Islam wajib dikelola negara untuk dinikmati hasilnya oleh seluruh masyarakat secara keseluruhan. Hasil pengelolaannya dapat digunakan untuk membangun fasilitas pendidikan, kesehatan, jalan raya, dan lain-lain. Sehingga masyarakat benar-benar dapat merasakannya. Kesejahteraan hidup pun akan terwujud.

Keresahan yang menjangkiti generasi saat ini muncul karena sistem yang diterapkan tidak mampu mengatasi persoalan kehidupan masyarakat. Landasan digunakan sistem ini bukanlah yang berasal dari sang Khalik, tetapi dari ketamakan seorang manusia. Sementara syariat Islam menjadikan Al-Qur’an dan Assunah sebagai dasar dari setiap kebijakan pemerintah. Sehingga akan sesuai dengan fitrah manusia.

1 2Laman berikutnya
Back to top button