Tak Penting Bahas Ahok Jadi Kepala Proyek IKN, Rizal Ramli: Pindah Ibu Kota Banyak yang Gagal
Jakarta (SI Online) – Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli, menanggapi Presiden Jokowi yang menyebut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai salah satu kandidat Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara baru.
Rizal menyebut hal itu sebagai bentuk penghiburan buat Ahok yang betul-betul kecewa karena kalah dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
“Saya dapat memahami bahwa Ahok betul-betul kecewa tidak terpilih jadi Gubernur DKI. Jadi, kalau dia nanti ditunjuk (sebagai) kepala project habis itu gubernur di Ibu Kota baru, Jokowi, kasihlah ke Ahok sebagai penghiburan buat dia,” kata ekonom Rizal Ramli, di Surabaya, Jawa Timur, pada Ahad, 8 Maret 2020.
“Bukan hiburan, tapi penghiburan buat Ahok,” imbuhnya.
Terkait pemindahan ibu kota, Rizal mengatakan tak mudah memindahkan Ibu Kota Negara ke daerah yang baru serta mengembangkannya. Dari pengalaman yang sudah berjalan di beberapa Negara, kebanyakan justru gagal.
“Kita harusnya belajar dari pengalaman di seluruh dunia, yang ingin membikin Ibu Kota baru. Ternyata, Ibu Kota baru yang berhasil dan sukses rata-rata punya jarak 100 mil atau 150 kilometer dari kota lama,” katanya.
Contohnya, kata Rizal, Malaysia yang memindah Ibu Kota Negaranya dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya yang berjarak 60 kilometer. Tapi, sebaliknya pembangunan kota baru yang jauh dari Ibu Kota lama, kebanyakan gagal akhirnya jadi simbol dan monumen saja.
Dulu, tambah dia, India memindahkan Ibu Kotanya dari Old Delhi ke utara yang jaraknya ratusan kilometer, yang lebih bagus, lebih dingin, dan lebih dekat ke Himalaya. Tapi, setelah dibangun ternyata tidak dimanfaatkan.
“Akhirnya dibuatlah kota baru bernama The New Delhi, jaraknya 50-60 kilometer dari Old Delhi, baru Ibu Kota yang baru itu berhasil. Brasil, bikin Ibu Kota baru namanya Brasilian City (Brasilia), jaraknya (dari Ibu Kota lama) 400-500 kilometer. Sampai sekarang cuma jadi monument doang. Kenapa? Pejabat dan pengusaha enggak mau ketemu di Brasilian City karena jauh. Maunya tetap ketemu di Sao Paulo,” ungkap Rizal.
Nah, belajar dari pengalaman itu, adalah hal yang tidak penting membicarakan tentang siapa yang akan menjadi kepala proyek Ibu Kota baru nanti, termasuk Ahok.
“Kenapa enggak penting, (karena) seandainya ada presiden baru yang akan datang, tiba-tiba dia putusin mau balik ke Jakarta Ibu Kota, ribet, enggak? Jadi ngapain ribut ngurusin siapa yang pimpin Ibu Kota baru,” katanya.
red: asyakira
sumber: vivanews.com