Takutlah Musibah Umum
Telah nyata kemaksiatan di depan kita dalam berbagai bentuk pembiaran terhadap aliran sesat, sihir dan klenik serta kemusyrikan, maupun pembiaran terhadap pornografi pornoaksi, serta berbagai muamalat riba baik dalam utang piutang maupun transaksi dagang yang legal maupun illegal; juga pembiaran berbagai kerusakan seperti korupsi, suap, dan mafia peradilan yang sedemikian merajalela; dan bentuk-bentuk pembebekan terhadap cara hidup Barat baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, serta menolak dan mencampakkan syariat Allah SWT.
Semua itu merupakan sebab-sebab yang nyata bagi datangnya gempa, tanah longsor, banjir, gunung meletus dan berbagai bencana dan musibah lainnya. Diriwayatkan bahwa Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a. berkata dalam suatu pidatonya:
“Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah suatu hari yang didalamnya terjadi berbagai kemaksiatan dimana kalian mampu mengubahnya tapi kalian tidak mengubahnya, melainkan hampir-hampir Allah SWT mengumumkan siksa dari-Nya”. (HR. Baihaqi).
Oleh karena itu, kalau kita tidak ingin mendapatkan musibah yang berlaku umum pasti akan menimpa siapapun yang ada di suatu kawasan yang terkena musibah, maka aktivitas perubahan terhadap kemungkaran dalam bentuk apapun (“taghyirul munkar ”) harus dilakukan secara serius dan sistematis.
Tentu saja kemungkaran dan kezaliman secara terang-terangan dilakukan oleh orang-orang zalim. Dan orang-orang zalim pasti akan semakin “pede” melakukan kezalimannya manakala merasa mendapatkan pertesetujuan dan dukungan dari masyarakat. Oleh karena itu, jauh-jauh hari Allah SWT sudah mengancam kepada orang-orang mukmin agar tidak mendukung perbuatan zalim.
Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan”. (QS. Huud [11]: 113).
Cenderung kepada orang yang zalim maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, maka dibolehkan. Bahkan Rasulullah saw. dalam suatu hadits pernah bersabda:“Tolonglah saudaramu yang zalim dan dizalimi”. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, kalau menolong orang yang dizalimi kami faham, tapi bagaimana menolong orang yang zalim? Maka Rasulullah saw. bersabda: “Cegahlah dia dari berbuat zalim”.
Pertanyaannya, siapakah yang akan melakukan perubahan? Siapakah yang akan menghentikan kezaliman di negeri kita? Sebab kezaliman sudah sedemikian merajalela dan dilakukan secara sistematis, secara mafia!
Ketika kekuatan-kekuatan politik bersatu dalam kubu kezaliman dan kekuatan-kekuatan amar makruf nahi munkar centang perenang, siapakah yang bisa mencegah kezaliman? Siapa dan bagaimana menghentikan korupsi dan suap menyuap yang dilaknat oleh Allah itu yang telah menjadi budaya di kalangan instansi pemerintah baik sipil maupun militer. Demikian juga budaya pemerasan dalam berbagai urusan. Siapa yang bisa melawan mafia peradilan? Siapa yang bisa memberantas mafia narkoba? Siapa yang bisa menghentikan pornografi dan pornoaksi?.
Siapa yang bisa menghentikan penggarongan kepada uang rakyat melalui lembaga-lembaga keuangan? Dan siapa yang bisa membongkar penggarongan ratusan triliun uang rakyat dipakai untuk menomboki bank-bank ribawi yang jeblok karena krisis moneter? Siapakah yang menghentikan pemurtadan dan penyesatan aqidah yang setiap hari melanda umat kita? Siapakah yang bisa menghentikan praktik para rentenir yang terus mengeksploitir rakyat kecil dengan bunga yang mencekik leher mereka? Dan siapakah yang bisa menghentikan arogansi bangsa ini mencampakkan syariat Allah SWT dan menempati kedaulatan Allah SWT dalam membuat hukum untuk kehidupan dalam seluruh aspeknya?
Kalau kita tidak ingin tertimpa musibah secara umum, tentu tidak ada pilihan lain yang mengubah selain kita sendiri dengan pertolongan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar Ra’d [13]: 11). Wallahua’lam!
Muhammad Al Khaththath