Tanggung Jawab Dunia Arab terhadap Islam

Tanggung Jawab Bangsa Arab terhadap Islam Hari Ini
Saat ini, umat Islam tengah berharap kepada bangsa Arab untuk mengembalikan kemuliaan, kehormatan, dan kekuatan umat Islam. Semua ini bisa diraih bila mereka bisa menjadi pemegang kendali untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan menegakkan Daulah Islamiyah. Bangsa Arab adalah orang yang paling memahami Islam, merekalah yang paling memiliki kapabilitas di antara segenap manusia untuk memikul tanggung jawab ini yang sebenarnya dahulu memang mereka pernah juga memikul tugas ini. Orang-orang Arab—melebihi yang lainnya—memahami bahwa tidak ada kemuliaan dan kekuatan kecuali dengan Islam. Islamlah yang telah mempersatukan mereka setelah terpecah belah. Islamlah yang menjadikan sejarah mereka cemerlang setelah sebelumnya kocar-kacir. Orang-orang Arab memahami bahwa mereka menjadi lemah, dan terpecah menjadi banyak institusi, setelah mereka meninggalkan Islam sebagai sebuah sistem dan acuan kehidupan. Juga, setelah mereka mengadopsi hukum-hukum positif dari Timur dan Barat.
Akhirnya, mereka menjadi bangsa pengekor. Padahal, dahulu, merekalah yang menjadi pemimpin. Mereka menjadi bangsa tertindas. Padahal, sebelumnya, mereka adalah penguasa. Oleh karena itu, dalam rangka mengambil alih kembali kedudukan mereka, mereka harus kembali kepada Islam dan menempuh metode yang dahulu pernah mereka tempuh bersama Rasulullah saw. Bila mereka menempuh upaya-upaya semacam ini, mereka berhak mendapatkan janji Allah, dimana, janji ini pernah diberikan kepada generasi sebelumnya. Allah SWT berfirman:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa…” (TQS. An Nuur[24]: 55)
Sumber: M. Husain Abdullah, Dirasat fil Fikril Islamiy.