Taufik, Anies dan Pilpres 2024

Mohammad Taufik membenarkan berita bahwa dirinya akan diberhentikan sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Ahmad Riza Patria, Ketua Gerindra DPD DKI Jakarta yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta sudah melayangkan surat pemberhentian tersebut kepada Ketua DPRD DKI Jakarta. Dengan demikian proses administratif pemberhentian tersebut dalam proses. Politikus Aktivis Mohammad Taufik adalah kader Gerindra, boleh dikatakan dialah salah satu pendiri dan penggerak utama Gerindra di DKI Jakarta. Sejak awal berdirinya Gerindra tahun 2008, Bang Taufik, begitu para junior dan sahabatnya menyapanya, adalah Ketua DPD Gerindra hingga tahun lalu sebelum diganti oleh Ariza Patria. Gerak langkah Bang Taufik sebagai kader dan ketua Gerindra sehingga menjadikan Gerindra partai terbesar kedua di DKI Jakarta saat ini setelah PDIP, membuktikan bahwa Taufik adalah kader, prive mover dan politisi mumpuni. Bukan kader, pemimpin dan politisi kaleng-kaleng. Isu Sensitif Jelang pemilu 2024 dinamika politik semakin hangat dan menggemaskan. Dalam beberapa kesempatan Taufik sering menyuarakan perlunya kehadiran presiden NKRI yang dapat menjawab tantangan zaman dan Taufik menemukan calon presiden NKRI yang dapat menyelamatkan NKRI ke depan adalah Anies Rasyid Baswedan (ARB) Gubernur DKI Jakarta. Tentunya pernyataan dan aktivitas Bang Taufik bersama Anies mengundang perhatian dan tanda tanya pada internal Gerindra. Sebab Pendiri dan Ketum DPP Gerindra Prabowo Subianto (PS) yang juga Menteri Pertahanan RI masih berminat menjadi capres pada pilpres mendatang. Karya Prabowo Prabowo membawa Joko Widodo (Jokowi) Wali Kota Solo, untuk maju dan memenangkan Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 berpasangan dengan Basuki Purnama (Ahok) mengalahkan incumbent Fauzi Bowo yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli. Setelah menjadi Gubernur DKI Jakarta, nama Jokowi semakin moncer dan akhirnya menjadi presiden RI pada Pilpres 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla dan kembali memenangkan Pilpres 2019 berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin. Namun ironisnya, Prabowo Subianto yang membawa dan turut membesarkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta, harus menerima kekalahan dalam Pilpres 2014 dan terulang kembali Prabowo harus menerima pil pahit kalah dalam Pilpres 2019. Peran PS pada Pilkada DKI tahun 2017 sangat herois pada saat "umat Islam" sangat kesal dengan kelakuan Ahok yang sangat menyakiti umat Islam dan kebingungan siapakah yang pantas menjadi cagub dan cawagub DKI Jakarta dan dalam hitungan hari sebelum penutupan pendaftaran cagub/cawagub, Prabowo menetapkan Anies Rasyid Baswedan eks Mendiknasnya Jokowi dan pengusaha muda Sandiaga Salahudin Uno (SSU) untuk maju dan akhirnya mengalahkan Ahok-Jarot dengan perolehan suara cukup meyainkan 58%-42 %. Namun di tengah jalan Sandiaga berhenti menjadi wagub karena maju mendampingi Prabowo sebagai cawapres pada Pilpres 2019. Prabowo mempunyai andil besar menjadikan Jokowi dan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta juga menjadikan Sandiaga menjadi menteri pada kabinet Jokowi. Kini Prabowo, Anies dan Sandiaga digadang-gadang menjadi capres pada Pilpres 2024. Prabowo sukses menjadikan Jokowi dan Anies sebagai Gubernur DKI namun sedihnya Prabowo gagal menjadikan dirinya menjadi presiden sehingga ada obrolan di warung kopi "sudah cukup bagi PS dua kali maju sebagai capres dan kali ini biarlah tugasnya sebagai negarawan dan king maker yang akan menjadikan somebody sebagai Presiden RI akan datang". Masa Depan Taufik Bang Taufik mengaku patuh pada putusan organisasi (pemberhentian sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta) dan hingga saat ini masih menjadi anggota/kader Gerindra walaupun ada berita bahwa Bang Taufik akan berlabuh ke parpol lainnya. Lontaran pemikiran Bang Taufik mendoakan Anies menjadi Presiden RI akan datang menurut hematku adalah menguntungkan bagi Gerindra sebab Anies mempunyai fans club fanatik dari Merauke hingga Sabang (dari timur ke barat) sehingga bisa menyumbangkan suara pada pemilu 2024. Jika lontaran pemikiran Taufik yang pro Anies dijadikan dasar untuk memberhentikan dirinya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta bagaimana dengan Sandiaga Salahudin Uno (SSU) yang sudah membentuk timses SSU for presiden, bukankah SSU adalah salah satu pimpinan elite DPP Gerindra. Bukankah sampai dengan hari ini DPP Gerindra belum menetapkan capres/cawapresnya, jika Gerindra sudah tentukan pilihannya maka semua kader/anggota Gerindra wajib mematuhinya. Jika nanti tajdir menentukan Anies menjadi presiden RI mendatang bukankah ini menguntungkan Gerindra yang punya "hot line" dengan presiden baru walaupun misalnya Gerindra punya capres selain Anies. Abdul Malik

SHARE:

Artikel Terkait

Anies Baswedan: Seorang Pemimpin Harus Punya Nilai Bukan Program Belaka

Insyaallah Anies Akan Bentuk Ormas

Jangan Minta Anies Arahkan Pilihan untuk Pilgub Jakarta

Anies dan Reformasi Kebaruan Partai Politik