Teladan Kepemimpinan Mohammad Natsir
Banyak kisah menarik yang ditulis dalam Majalah Media Dakwah ini. Terakhir, saya kutipkan kisah yang ditulis Mas Aru Syeif Assad tentang kesederhanaan Pak Natsir dan amanahnya terhadap harta milik umat.
“Sekali tempo agar memuaskan masjid-masjid yang akan menerima bantuan di daerah Bandung dan Jawa Barat, Pak Natsir meluluskan permintaan ikut langsung menyerahkan bantuan tersebut. Dalam perjalanan, seorang pengurus DDII mengingatkan, saat itu sudah jauh dari waktu makan siang. Pak Natsir mengajak singgah ke restaurant makanan Sunda. Tapi kemudian Pak Natsir mengatakan tidak punya uang sepeserpun. “Apakah ada diantara saudara yang punya uang?” ternyata semua orang tidak ada yang membawa uang (yang cukup –pen). Seseorang menyarankan agar dipakai saja uang bantuan masjid nanti diganti. Usul ini ditolak Pak Natsir dengan tegas. “Ini uang masjid dan bukan uang untuk makan di restaurant!” ujarnya tegas. Akhirnya Pak Natsir menyuruh telepon pengurus DDII perwakilan Jabar. Sebelum pengurus DDII ini datang, semua diminta Pak Natsir menunggu di lapangan parkir restaurant, sambil perut keroncongan cukup lama, karena yang dikontak baru datang satu jam kemudian,”tulis mantan Pemred Media Dakwah yang sekarang menjadi Pemred Suara Islam.
Edisi Khusus ini juga memuat pidato monumental mantan Ketua Partai Masyumi itu di Sidang Pleno Konstituante, 12 November 1957. Pidato itu diberi judul Redaksi Media Dakwah: ‘Pilihan Kita Satu Dari Dua : Sekulerisme atau Agama’. Naskah pidato Pak Natsir ini patut disimak serius oleh para pejuang Islam saat ini di tanah air.
Walhasil tokoh besar ini telah meninggalkan kita sekitar 28 tahun lamanya. Saya berkesempatan sekali bisa mendengarkan langsung pidato Pak Natsir di Masjid al Hijri, Kampus UIKA Bogor (sekitar tahun 1987). Saat itu bersamaan dengan acara peresmian Pesantren Ulil Albab yang dirintis oleh KH Prof Dr Didin Hafidhuddin. Saya terkesan dengan isi pidato dan suaranya yang jernih dan jelas di usia yang cukup tua itu.
Mudah-mudahan nanti lahir ‘ribuan Natsir’ yang akan mewarnai bangsa ini dengan cahaya Islam. Pesan cendekiawan besar Pakistan, Mohammad Iqbal:
“Prinsip hidup yang menyenangi sang pemberani
Tegak menjunjung Kebenaran di segala situasi”
“Biarkan cinta membakar sikap ragu dan mundur maju
Janganlah tundukkan diri kecuali kepada Tuhan
Kelak kau kan menjadi singa”
Nuim Hidayat
Penulis Buku “Sayid Qutb, Biografi dan Kejernihan Pemikirannya”.