Temui LPOI, Mahfud MD Tepis Isu Islamofobia
Jakarta (SI Online) – Stigma radikalisme yang ditempelkan kepada ormas Islam, sebagian umat dan tokoh Islam oleh rezim ini, belakangan berbalas dengan isu Islamofobia. Pemerintah dinilai fobia terhadap Islam.
Uniknya, jika stigma radikalisme terus digencarkan, isu Islamofobia ditepis oleh pemerintah.
Adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang mengkaim bila tidak ada Islamofobia. Hal itu disampaikan Mahfud usai bertemu dengan sejumlah tokoh Ormas yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) di Jakarta, Jumat 3 Januari 2020.
LPOI adalah aliansi sejumlah ormas/lembaga keislaman tingkat pusat yang diketuai Said Aqil Siradj dan Sekjen Luthfi A Tamimi.
Mahfud mengklaim, tidak ada Islamofobia sebab jika dilihat dari sudut politik pemerintahan Islamofobia berarti pemerintah benci dan takut kepada umat Islam. Kemudian, kalau dari sudut pandang kaum Muslimin sendiri, Islamofobia artinya kaum Muslimin malu dan takut mengaku Islam.
“Nah itu di Indonesia tidak ada, di Indonesia kehidupan Islam itu subur, di pemerintahan maupun di masyarakat. Oleh karena itu jangan terpancing kepada istilah Islamofobia,” kata Mahfud MD.
Saat pertemuan, perwakilan ormas Islam menyampaikan belakangan agak gerah terhadap isu-isu sistem khilafah yang sekarang ditawarkan kelompok tertentu yang menurut klaim ormas ini agendanya merusak bangsa.
“Kita ini yang secara syariah sudah sah berdiri sesuai dengan Islam. Yang kedua menghilangkan isu fobia. Tuduhan tuduhan bahwa pemerintah itu fobia terhadap Islam, ormas-ormas Islam yang mewakili 200 juta umat Muslim di Indonesia, itu melihat tidak ada islamofobia,” ucapnya.
Sekjen LPOI, Lutfi A Tamimi mengklaim, pemerintah tidak pernah membenci Muslim. Menurut dia, dulu memang ada yang membenci Muslim, yakni PKI, namun partai komunis itu bukan pemerintah.
“Jadi sekali lagi pemerintah Indonesia tidak pernah benci kepada kaum Muslimin, yang radikal memang ditangkap, kami dukung Densus, tangkap, mau dijadikan Timur Tengah, no way,” kata dia.
red: asyakira
sumber: ANTARA