INTERNASIONAL

Tentara Penjajah Israel (IDF) Paksa Warga Palestina Keluar dari Kota Gaza

Kota Gaza (SI Online) – Pasukan penjajah Israel (IDF) melanjutkan serangan darat ke Kota Gaza pada Rabu, dengan upaya lebih jauh untuk memaksa warga meninggalkan rumah mereka dan menuju ke wilayah selatan yang sudah padat dan tidak aman di jalur yang hancur itu.

IDF mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah melakukan 150 serangan udara dan artileri sebelum operasi darat yang dimulai Selasa pagi.

Dua divisi tentara bergerak perlahan menuju pusat kota dan diperkirakan akan bergabung dengan divisi ketiga dalam beberapa hari mendatang.

Sejumlah serangan udara menghancurkan blok apartemen di tengah kamp tenda yang dihuni para pengungsi. Israel mengklaim bangunan-bangunan itu digunakan Hamas untuk pengintaian.

Pada Selasa malam, rumah sakit anak al-Rantisi di Kota Gaza terkena serangan. Menurut kementerian kesehatan Gaza, setengah dari 80 pasien berhasil keluar, namun sisanya — termasuk empat anak di ICU dan delapan bayi prematur — tetap tertinggal.

Serangan malam itu menewaskan 16 orang, menurut rumah sakit setempat, sehingga total korban tewas Palestina dalam dua tahun perang mencapai 65.000. Pada Selasa, sebuah komisi HAM PBB merilis laporan yang menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza.

Jalan pesisir yang mengarah ke selatan dari Kota Gaza dipenuhi keluarga yang berusaha melarikan diri dari serangan. Pada Rabu, IDF mengumumkan pembukaan jalur kedua di tengah Jalur Gaza selama dua hari untuk mendorong eksodus.

Namun banyak warga Kota Gaza dan wilayah utara kemungkinan besar tidak menerima pesan teks atau unggahan media sosial dari IDF karena serangan di wilayah itu telah merusak jaringan telekomunikasi.

Dari sejuta warga Palestina yang tinggal di dalam dan sekitar Kota Gaza, militer Israel memperkirakan 350.000 telah pergi ke selatan selama sebulan terakhir. PBB memperkirakan jumlahnya 238.000, termasuk sekitar 50.000 dalam 48 jam terakhir.

PBB pada Rabu menyatakan kekhawatiran serius tentang menipisnya makanan dan pasokan lain di Gaza utara, di mana banyak orang sudah mengalami kelaparan, setelah Israel menutup satu-satunya perbatasan di sana pekan lalu.

“Ada kekhawatiran besar bahwa persediaan bahan bakar dan makanan akan habis dalam hitungan hari karena kini tidak ada jalur masuk bantuan langsung ke Gaza utara dan pasokan dari selatan semakin sulit akibat kemacetan jalan dan kondisi yang tidak aman,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam pernyataannya.

Berlawanan dengan klaim Israel, tidak ada warga Palestina yang diwawancarai The Guardian dalam beberapa pekan terakhir mengatakan mereka dipaksa Hamas untuk tetap tinggal di kota. Banyak warga mengatakan mereka tidak bisa atau enggan pergi karena berbagai alasan lain.

Beberapa secara fisik tidak mampu bergerak karena berbulan-bulan kelaparan, sementara yang lain tidak mampu membayar ongkos transportasi atau harga tenda plastik seadanya di tujuan mereka.

Banyak yang menganggap selatan sama berbahayanya dengan Kota Gaza. Israel sering membombardir “zona kemanusiaan” yang didirikannya di al-Mawasi. Kamp besar di sana terkena serangan Israel pada malam hari, menewaskan dua orang tua dan seorang anak.[]

Sumber: The Guardian

Artikel Terkait

Back to top button