Tentara Zionis Israel Tembak Mata Remaja Gaza Saat Cari Bantuan Pangan
Abdul Rahman Abu Jazar (15 tahun) mengatakan tentara Israel terus menembaki dirinya meski ia telah terkena peluru.

Kelaparan di Gaza semakin parah
Krisis kelaparan dan malnutrisi di Gaza semakin memburuk setiap harinya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 175 orang — termasuk 93 anak-anak — telah meninggal akibat kelaparan buatan manusia yang disebabkan oleh blokade Israel yang kejam.
Lebih dari 6.000 anak Palestina kini sedang menjalani perawatan karena malnutrisi akibat blokade, menurut Global Nutrition Cluster, sebuah koalisi yang mencakup lembaga kesehatan dan pangan PBB.
“Warga Palestina kelaparan meskipun ada jeda kemanusiaan”
Hind Khoudary, jurnalis Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah, mengatakan bahwa “hanya ada sangat sedikit truk bantuan yang masuk ke Gaza — mungkin hanya 80 sampai 100 truk setiap hari — meskipun jeda kemanusiaan ini seharusnya memungkinkan lebih banyak bantuan masuk.”
“Warga Palestina berjuang keras hanya untuk mendapatkan satu kantong tepung gandum. Mereka kesulitan mendapatkan satu paket makanan. Hal ini membuktikan bahwa jeda kemanusiaan dan semua klaim Israel itu tidak benar, karena di lapangan, warga Palestina benar-benar kelaparan,” katanya.
Khoudary menambahkan bahwa seluruh penduduk Gaza bergantung pada badan-badan PBB dan mitra kemanusiaan lainnya untuk mendapatkan makanan.
“Setiap hari lebih banyak warga Palestina meninggal karena kelaparan paksa dan malnutrisi,” katanya. “Sejak blokade dimulai, titik-titik distribusi bantuan tidak lagi beroperasi, dan sekarang pun semuanya belum kembali normal. Warga Palestina masih berjuang — bahkan lebih dari itu, mereka kini dibunuh hanya karena mencoba mendekati truk bantuan, mendekati GHF, karena mereka ingin makan.”
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan bahwa Israel secara sengaja menghalangi lebih dari 22.000 truk bantuan kemanusiaan — sebagian besar milik PBB dan organisasi internasional lainnya — untuk masuk ke wilayah tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari kampanye sistematis berupa “kelaparan, pengepungan, dan kekacauan.” []
Nuim Hidayat
Sumber: Al Jazeera