SUARA PEMBACA

Terinfeksi Pornografi, Kejahatan Anak Makin Menjadi

Di sisi lain, perkembangan teknologi merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dimungkiri. Generasi Z sebagai sorotan saat ini jelas tidak dapat dilepaskan dari teknologi itu sendiri, khususnya terhadap media digital. Ironisnya, pornografi begitu mudah diakses di media digital ini, bak air bah yang susah dibendung.

Sebaliknya, upaya negara untuk membendungnya begitu sulit. Sebab, hal ini tidak terlepas dari paradigma negara dalam naungan kapitalisme, yakni sebagai fasilitator dan regulator bagi kepentingan pemilik modal. Inilah yang menjadi sebab sulitnya memberantas bisnis pornografi di negeri ini.

Sejatinya, teknologi merupakan produk fisik yang bebas nilai. Namun, perlu dipahami bahwa media digital sebagai produk teknologi merupakan produk fisik yang syarat dengan ide dan pemikiran asing. Apalagi dalam naungan sistem sekuler, media digital merupakan alat yang paling strategis untuk menyebarkan nilai-nilai dan gaya hidup bebas ala Barat. Maka tidak heran jika saat ini media digital menjadi mesin pengrusak dan penghancur generasi, termasuk melalui konten-konten berbau pornografi.

Inilah buah getir kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa fondasi iman dan takwa di dalamnya. Sistem kapitalisme hanya menjadikan kemajuan ilmu dan teknologi untuk mendulang profit, bukan untuk mencetak generasi gemilang sebagai ujung tombak peradaban. Media digital alih-alih digunakan untuk kemaslahatan umat manusia, sebaliknya justru menjadi wadah bagi kehancurannya. Kondisi ini jelas sangat berbeda andai generasi umat manusia berada dalam naungan sistem Islam.

Salah satu dari buah manis diterapkannya sistem Islam secara komprehensif adalah terjaganya akal manusia. Hal ini tentu tidak terlepas dari paradigma Islam yang memandang bahwa negara merupakan pengurus dan pelindung bagi rakyat, sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad Saw, “Pemimpin masyarakat adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Sebagai pengurus dan pelindung bagi rakyat, menjadi kewajiban negara untuk menjaga generasi mudanya, baik akal, fisik, maupun mentalnya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban negara untuk mengatur media digital agar berada dalam koridor syarak. Sehingga akal generasi muda tidak lagi terinfeksi dengan pornografi.

Dalam pandangan Islam, media memiliki fungsi dan peran strategis bagi negara dan kepentingan dakwah Islam, yakni untuk melayani ideologi Islam. Di dalam negeri, media berfungsi untuk membangun masyarakat islami yang kokoh. Sementara di luar negeri, media berfungsi untuk menyebarluaskan dakwah dan syiar Islam ke seluruh penjuru dunia, baik dalam kondisi damai maupun perang. Hal ini untuk menunjukkan keagungan Islam sekaligus membongkar kebobrokan sistem rusak nan merusak buatan manusia.

Dalam naungan Islam, media niscaya akan menjadi alat konstruktif untuk memelihara identitas keislaman umat. Tentunya, tidak ada larangan terhadap unsur hiburan yang sehat dan sesuai syarak. Alhasil, media pun akan mengambil peran dalam menjaga dan melindungi generasi dari pengaruh ide dan pemikiran yang rusak dan sesat. Sebab, negara benar-benar menjalankan perannya untuk mengontrol dan melindungi konten media dari nilai-nilai dan gaya hidup bebas ala Barat.

Sungguh sangat kontras dengan kondisi saat ini, media justru mengabdi pada kepentingan ideologi kapitalisme, sebagai alat destruktif untuk menghancurkan ajaran dan nilai-nilai Islam dengan menyebarluaskan nilai-nilai dan gaya hidup liberal ala Barat.

Jelas, hanya Islam yang mampu menyembuhkan generasi yang terinfeksi pornografi. Sebab, ilmu pengetahuan dan teknologi dibangun di atas fondasi iman dan takwa sehingga mendatangkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Tidak hanya menjadikan generasi melek teknologi, tetapi juga mengokohkan iman dan takwa di tengah masyarakat. Alhasil, mustahil menjauhkan paparan pornografi dari generasi muda bangsa selama sekularisme-kapitalisme bercokol di negeri ini. Wallahu’Alam bissawab.

Jannatu Naflah, Pemerhati Anak dan Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button