Terus Bergerak untuk Palestina!
Padahal sungguh mustahil membebaskan tanah Palestina tanpa persatuan kaum muslimin dan pengerahan pasukan. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Palestina dan kaum muslimin seluruhnya membutuhkan seorang pemimin yang akan menjadi perisai dan melindunginya dari para musuhnya, selayaknya Khalifah Umar bin Khattab, Sholahuddin al-Ayyubi, serta Khalifah Abdul Hamid II.
Masih terpatri kuat dalam ingatan kita, bagaimana singa terakhir kaum muslimin, Sultan Abdul Hamid II, menolak mentah-mentah proposal licik dedengkot Zionis Yahudi Theodor Herzl yang diajukan padanya. Proposal itu tidak lain bertujuan untuk meminta sepetak tanah di Palestina dengan sejumlah uang sebagai gantinya.
Herzl bahkan menyodorkan sejumlah tawaran yakni memberikan hadiah sebesar 150 juta Poundsterling untuk pribadi Sultan, membayar semua utang pemerintah Turkis Utsmani yang mencapai 33 juta Pounsterling, membangun kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintah Utsmani yang bernilai 120 juta Frank, memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta Poundsterling, membangun sebuah universitas Utsmani di Palestina. Namun, semua tawaran itu ditolak oleh Sultan Hamid II.
“Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah.” (Khalifah Abdul Hamid II, 1902).
Sayangnya, kini perisai itu tidak kita dapati lagi keberadaannya. Seorang Khalifah dengan kepemimpinan umum yang meliputi seluruh negeri kaum muslimin (khilafah). Maka sudah menjadi kewajiban bagi siapa saja yang mengaku bersama Palestina untuk memperjuangkan penegakannnya kembali. Jika kita sungguh bersama Palestina, sudah semestinya kita ikut andil dalam perjuangan menegakkan perisai umat, Khilafah Islamiyah. Hanya dengannyalah perlindungan hakiki bagi seluruh kaum muslimin bisa terwujud. Tanpanya, adalah mustahil memimpikan kehidupan yang damai, aman dan tentram bagi umat ini.
Sungguh, penjajahan atas Palestina bukan hanya soalan kemanusiaan tapi juga agama. Allah berfirman:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu.” (QS. Al-Baqarah: 190-191). []
Muntik A. Hidayah., Koordinator BMIC Malang dan Pegiat Literasi