Tes Ala Orang Panik (2)
Yang penting juga, para paslon agar bisa mengikuti acara-acara upacara kenegaraan ada baiknya juga ditest baris-berbaris. Test sikap tegap saat melakukan hormat pada pasukan.
Tentu masih banyak lagi test-test yang diusulkan. Yang semuanya bersifat untuk memperkuat sang capres dan cawapres, tidak hanya mampu membaca Quran dan memimpin shalat (kesehatan ruhani), tapi juga test-test yang lain agar capres dan cawapres mumpuni.
Tidak lagi memalukan saat muncul di event-event kenegaraan. Tidak ngeles saat ditanya dalam bahasa asing sambil bergumam: “I test my minister!”
Ya, ini kalau kita sungguh-sungguh mau melakukan test tanpa niat diskriminasi. Bukan hanya paslon yang harus ditest, para moderator dan para pengujinya juga harus mempuni. Dan, KPUnya juga harus kita test ulang.
Dari semua itu, test kebohongan yang diusulkan Mas DW adalah yang paling fundamental. Semua test tak akan ada artinya jika ternyata yang kita test itu adalah orang yang tak jujur.
Kita sebagai umat Islam, diberi pelajaran paling ampuh. Allah menurunkan wahyu terakhir kepada seorang lelaki buta huruf dan orang miskin, Muhammad bin Abdullah. Bukan orang Quraish yang pintar, kaya, lagi berpengaruh.
Tapi Allah memilih orang yang paling jujur. Dengan modal kejujuran, Muhammad menjadi Rasulullah. Menjadi kekasih Allah, menjadi satu-satunya manusia yang dosa-dosanya dijamin telah dihapuskan.