QUR'AN-HADITS

Tiru Orang Arab Jahiliyah, Panji Gumilang Sebut Al-Qur’an Bukan Kalamullah

“Sebenarnya mereka telah dapat menelaah ayat-ayat Al-Qur’an, membolak-baliknya dan mengujinya dengan metode yang ereka gunakan untuk menguntai puisi dan prosa, namun mereka tidak mendapatkan jalan untuk menirunya atau celah-celah untuk menghadapinya. Sebaliknya, yang meluncur dari mulut mereka adalah kebenaran yang membuat mereka bisu secara spontan ketika ayat-ayat Al-Qur’an menggoncangkan hati mereka, seperti yang terjadi pada Al-Walid bin Mughirah. Dan di saat sudah tidak sanggup lagi berdaya upaya, mereka melemparkan kepada Al-Qur’an itu kata-kata yang membingungkan,” tulis Syekh Al-Qaththan.

Saat mereka tak sanggup lagi, mereka mengatakan, “Al-Qur’an adalah sihir yang dipelajari, karya penyair gila, atau dongengan bangsa purbakala.”

Mereka tidak dapat menghindar lagi di hadapan kelemahan dan kesombongannya selain harus menyerahkan leher kepada pedang; seakan-akan keputusasaan yang mematikan telah memindahkan para penderitanya dari pandangan mereka terhadap kehidupan panjang dan umur panjang ke saat kematian, sampai akhirnya mereka menyerah kepada kematian.

Demikianlah tanpa ada keraguan, bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan perkataan Muhammad Saw.

Apalagi, Nabi Muhammad Saw, dalam waktu yang sama bukan hanya menyampaikan Al-Qur’an tertapi juga hadits, yang sebagian diriwayatkan secara mutawatir sehingga kebenarannya tidak diragukan.

Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam “Nizamul Islam” mengatakan, “apabila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al-Qur’an, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad Saw, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadits.”

Al-Qur’an dan Hadits, kata Syekh Taqiyuddin, keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya.

“Bagaimanapun kerasnya usaha seseorang untuk menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap saja akan terdapat kemiripan antara gaya yang satu dengan yang lain, karena merupakan bagian dari ciri khasnya dalam berbicara. Karena tidak ada kemiripan antara gaya bahasa Al-Qur’an dengan gaya bahasa hadits, berarti Al-Qur’an itu bukan perkataan Nabi Muhammad Saw. Masing-masing dari keduanya terdapat perbedaan yang tegas dan jelas.”

Sebagai penutup, cukuplah firman Allah SWT di bawah ini untuk meneguhkan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah:

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

“Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an? Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82) []

Shodiq Ramadhan

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button