NUIM HIDAYAT

Tragedi Barat: Tiada Teladan Hidup

Tragedi Barat yang utama adalah mereka tiada teladan hidup. Mereka tidak punya teladan bagaimana manusia dididik sejak bayi hingga tua. Mereka melihat kehidupan ini mengalir begitu saja. Dengan akal dan hawa nafsunya mereka mencoba menata kehidupan, tapi akhirnya gagal.

Lihatlah ketika bayi mereka lahir. Dalam Islam, ketika bayi lahir maka sebaiknya diberikan adzan kepada kedua telinganya. Untuk apa? Agar bayi itu sedari kecil sudah mengenal penciptaNya, Allah. Selain itu dalam Islam, dituntun agar mereka diberikan nama terbaik. Nama-nama yang artinya bagus. Karena nama adalah doa, agar sang bayi nanti mewujud seperti nama yang diembannya. Maka kaum Muslim menamakan bayinya: Muhammad, Abdurrahman, Izzadina, Nahdhia, Nabil, Salsabila dan lain-lain.

Bayi yang lahir di Barat (orangtuanya non Islam), lahir dibiarkan begitu saja, tidak diadzani. Pemberian nama pun seenaknya. Karena ada filsosof mereka menyatakan apa arti sebuah nama. Maka lihatlah nama di Barat yang artinya tidak jelas: Bush, Elton, Marx, George dan lain-lain.

Setelah menjadi remaja, usia sekitar 12 tahun (baligh), maka remaja itu dikenakan kewajiban yang ada dalam Islam. Seperti: shalat, puasa Ramadhan, sedekah, berbakti kepada orang tua, menjauhi hal-hal yang diharamkan seperti zina, mencuri, minuman keras, judi dan lain-lain.

Di Barat, mereka tidak mengenal baligh. Mereka tidak mengenal akidah (prinsip hidup) dan Syariah (jalan hidup). Sehingga mereka menjalani hidup sekenanya. Maka jangan heran usia 14 tahun, perempuannya banyak yang sudah tidak perawan. Seks dibebaskan di sana, sehingga mereka tidak lagi merasakan kenikmatan seks. Seks yang bebas itu akhirnya menumbuhkan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.

Ketika dewasa, mereka menjadi tamak terhadap dunia. Karena tidak mengenal akhirat, maka kehidupan dewasa menjadi seenaknya. Harta ditumpuk sebanyak-banyaknya, tidak peduli harta itu halal atau haram. Mereka tidak mengenal haramnya riba. Yang penting dapat uang banyak, meski caranya dengan ‘cara memeras orang miskin’.

Ketika ingin berkuasa, segala cara pun digunakan. Dengan cara menipu surat suara atau dengan cara bersekongkol dengan kaum kapitalis. Pembagian sembako dilakukan bukan untuk menolong mereka, tapi untuk menambah suara mereka di pemilu. Bila nafsu kuasa menggelegak (baik di Barat/Timur), maka darah manusia menjadi tidak ada harganya. Jutaan atau ribuan orang mati tidak dianggapnya, karena nafsu kuasa Iblis telah merasukinya.

Setelah tua dan tidak berdaya, anak-anak pun banyak yang tidak mempedulikannya. Anak-anak malas untuk mengurusnya, maka ditaruhlah mereka di panti jompo. Tidak ada di konsep Barat, berbakti kepada orang tua. Dalam Islam, anak-anak wajib berbakti kepada orangtuanya. Dosa bagi anak menaruh orang tuanya di Panti Jompo, sementara ia masih bisa mengurusnya.

Ketika meninggalpun dimakamkan biasa saja, bahkan kepercayaan di Timur mayat harus dibakar. Dalam Islam ada Syariah yang mengatur tentang orang yang meninggal: dimandikan, dikafani, dishalatkan dan kemudian dikubur. Orang yang sudah meninggalpun masih dapat pahala jika ia punya amal jariyah yang terus mengalir. Misal ia punya tanah yang diwakafkan, ‘buku/tulisan Islami’ yang banyak pembacanya, murid/anak yang selalu mendoakannya dan lain-lain.

Akidah dan Syariah Islam adalah ajaran yang mulia dan penuh dengan akhlak yang tinggi. Tapi karena kedengkian para orientalis (dan media massa Barat), ajaran Islam diputar-putar, sehingga hilang keunggulannya. Islam ditampilkan orientalis atau di media massa mereka: jenggot yang tidak dirapikan, saling bunuh antara Syiah dan Sunni, kemarahan ketika demonstrasi dan lain-lain. Para orientalis selalu menampilkan Islam yang marah, bukan Islam yang ramah.

Bagaimana dengan jilbab? Ya dengan jilbab seolah-olah wanita menjadi kurang kecantikannya. Bisa jadi demikian. Tapi jilbab ini justru membahagiakan sang suami. Sang suami mendapatkan sesuatu yang lebih dibandingkan orang lain, yang hanya bisa melihat mukanya saja. Sang suami bisa melihat rambut, paha, tubuh dan bagian tubuh wanita lainnya. Bagi laki-laki yang normal tentu senang dengan istrinya yang berjilbab.

Jilbab juga melatih perempuan agar mengatakan ini lho akalku dan akhlakku. Bukan mengatakan ini lho tubuhku yang seksi, silakan nikmati. Wanita yang tidak berjilbab mendorong laki-laki tumbuh syahwatnya dan akibatnya (lebih jauh) bisa timbul, perkosaan atau seks bebas. Karena manusia itu kan sebenarnya akhlak dan akalnya (jiwanya), bukan fisiknya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button